VALIDITAS dan RELIABILITAS TES
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Evaluasi memiliki arti penting dalam
kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru. Diantara tujuan
dari evaluasi adalah untuk menilai ketercapaian tujuan pendidikan oleh anak
didik, sarana untuk mengetahui apa yang telah anak didik ketahui dalam kegiatan
belajar mengajar, dan memotivasi anak didik. Untuk mengevaluasi hasil belajar
dan proses belajar siswa, seorang guru menggunakan berbagai macam alat atau
instrumen evaluasi seperti tes tertulis, tes lisan, ceklis-observasi,
angket-wawancara, dan dokumentasi.
Keberhasilan mengungkap hasil dan proses
belajar ini sebagaimana adanya (objektivitas hasil penilaian) sangat bergantung
pada kualitas alat penilainya, di samping itu juga yang tidak kalah pentingnya
tergantung pada cara pelaksanaannya. Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai
kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yaitu
validitas (ketepatan) dan reliabilitas (ketetapan atau keajegan) alat tes
terjamin kualitasnya. Alat
tes yang bagaimana dan seperti apa yang dikatakan memiliki validitas dan
reliabilias ini, selanjutnya akan kita bahas dalam makalah ini berjudul “Validitas
dan Reliabilitas Tes Hasil Belajar” ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Validitas Tes?
2.
Apa itu Reliabilitas Tes?
3.
Validitas dan Reliabilitas pada Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
1.
Validitas
a.
Pengertian Validitas
Dalam istilah bahasa Indonesia valid dikenal dengan istilah sahih atau
tepat benar. Valid menurut Gronlund dapat diartikan sebagai ketepatan
interpretasi yang dihasilkan dari skor tes atau instrumen evaluasi. Suatu
instrumen tes dikatakan valid, seperti dikatakan oleh Gay dan Johnson apabila
instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Contoh yang dapat menggambarkan validitas misalnya guru olahraga
yang akan menilai kemampuan dan pemahaman siswa mengenai lari estafet maka
seharusnya guru tersebut menggunakan jenis tes praktek agar diperoleh hasil tes
sesuai tujuan. Perlu ditekankan disini bahwa suatu tes yang valid untuk menilai
suatu kelompok belum tentu tes tersebutjuga valid bila digunakan pada kelompok
lain karena perbedaan pada setiap anggota kelompok tersebut.[1]
Ruang lingkup bahasan dari validitas tes meliputi: macam validitas,
cara menentukan validitas tes, validitas butir, aplikasi penerapan rumus-rumus
para ahli dalam menentukan validitas suatu tes. Fungsi validitas instrumen
adalah untuk menentukan kesahihan instrumen sehingga jika instrumen tersebut
digunakan untuk mengumpulkan data atau digunakan untuk mengukur kemampuan
seseorangtidak diragukan lagi hasil yang diperoleh oleh instrumen tersebut.[2]
Dalam operasionalannya terdapat empat langkah validitas yaitu,
triangulasi yang mencakup keragaman sumber, data, metode, dan teori konstruk
validitas dalam pemahaman pengakuan terhadap konstruk yang ada dan bukan
memaksakan implementasi konstruk atau teori terhadap informan atau konteks;
validitas permukaan yang segera mengenal apayang terjadi secara spontan berseru
“ya, tentu saja” terhadap situasi yang sedang terjadi; dan validitas penyebab
yang mendorong partisipan untuk mengetahui kenyataan yang menyebabkan
transformasi. Menurut Richadson bahwa ada validitas tradisonal yang sangat kaku
dan hanya berdimensi dua. Ia menginginkan citra kristal sentral yang secara
simetris mengkombinasikan substansi dan pendekatan-pendekatan.[3]
b.
Makna Validitas
Validitas suatu instrumen evaluasi mempunyai beberapa makna penting
diantaranya adalah sebagai berikut:
1)
Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau
instrumen evaluasi untuk grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.
2)
Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang
bisa mencakup kategori yang bisa mencakup kategori rendah, menengah, dan
tinggi.
3)
Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang
perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu
tujuan saja.[4]
c.
Unsur Validitas
Ada dua unsur penting dalam validitas tes. Unsur tersebut adalah
sebagai berikut:
1)
Validitas suatu tes harus menunjukkan suatu derajat tertentu, ada
yang sempurna, ada yang sedang, dan ada pula yang rendah.
2)
Validitas selalu dihubungkan dengan suatu putusan atau tujuan
spesifik. Sebagaimana pendapat R. L Thorndike dan H. P Hagen bahwa “validiti
is always in relation to a specific decision or use”.[5]
d.
Faktor yang Mempengaruhi Validitas
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi valid.
Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya,
yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal
dari siswa yang bersangkutan.
1)
Faktor yang berasal dari dalam tes
Beberapa sumber yang pada umumnya berasal dari faktor internal tes
evaluasi diantaranya sebagai berikut:
a)
Arahan tes yang disusun dengan makna yang jelas sehingga dapat
menambah validitas tes.
b)
Kata-kata yang dugunakan dalam struktur instrumen evaluasi harus
mudah.
c)
Item-item dikonstruksikan dengan baik.
d)
Tingkat kesulitan soal harus disesuaiakan dengan materi
pembelajaran yang diterima oleh siswa.
e)
Jumlah item dan waktu evaluasi harus disesuaikan dengan pelajaran
yang diterima siswa.
2)
Faktor yang berasal dari administrasi dan skor
Faktor
yang berasal dari administrasi dan skor yang dibuat oleh guru. Berikut beberapa
faktor yang bersumber dari administrasi dan skor antara lain:
1)
Waktu mengerjakan harus sesuai dengan jumlah soal yang diberikan
pada siswa, agar siswa tidak tergesa-gesa menjawab soal tersebut.
2)
Pemberian petunjuk dari pengawas yang harus bisa dilakukan oleh
semua siswa.
3)
Teknik pemberian skor harus konsisten.
3)
Faktor-faktor yang berasal dari jawaban siswa
Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes
evaluasi valid karena dipengaruhi oleh jawaban siswa bukan instrumen evaluasi
lagi. Misalnya saja siswa senang mengikuti suatu ujian karena guru mata
pelajaran mereka baik, ramah dan mudah dimengerti ketika menerangkan, atau
ketika siswa harus tampil dalam evaluasi keterampilan suasana ketika tampil nyaman
dan tenang, hal inilah yang dapat meningkatkan kualitas validitas suatu tes.[6]
e.
Teknik Uji Validitas
Secara garis besar ada dua macam validitas, yaitu validitas logis
dan validitas empiris.
1)
Validitas logis mengandung kata logis yang berasal dari kata logika,
yang berarti penalaran. Validitas logis untuk sebuah instrumen evaluasi
menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan hasil penalaran. Kondisi valid tersebut dipandang terpenuhi karena
instrumen yang bersangkutan sudah dirancang secara baik, mengikuti teori dan
ketentuan yang ada. Validitas logis dapat dicapai apabila insterumen disusun
mengikuti ketentuan yang ada. Degan demikian dapat disimpulkan bahwa, validitas
logis tidak perlu diuji kondisinya tetapi langsung diperoleh sesudah instrumen
tersebut selesai disusun.
2)
Validitas empiris memuat kata empiris yang artinya pengalaman.
Sebuah instrumen dapat dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji
dari pengalaman. Sebagai contoh sehari-hari, seseorng dapat diakui jujur oleh
masyarakat apabila dalam pengalaman dibuktikan bahwa orang tersebut memang
jujur. Validitas empiris tidak dapat diperoleh hanya dengan menyusun instrumen
berdasarkan ketentuan seperti halnya validitas logis, tetapi harus dibuktkan
melalui pengalaman.
Telah dikatakan sebelumnya bahwa validitas suatu tes evaluasi
bukanlah merupakan ciri yang absolut atau mutlak. Suatu tes evaluasi dapat mempunyai
validitas yang bertingkat-tingkat seperti tinggi, sedang, dan rendah tergantung
pada tujuan yang diinginkan. Sehubungan dengan itu ada beberapa jenis validitas
yaitu:
1)
Validitas isi (content validity)
Suatu tes dikatakan memiliki validitas isi jika scope dan
isi tes itu sesuai dengan scope dan isi kurikulum yang sudah diajarkan.
Isi tes sesuai atau mewakili sampel-sampel belajar yang seharusnya dicapai
menurut tujuan kurikulum. Validitas isi juga mempunyai peran yang sangat
penting untuk tes pencapaian hasil belajar.
Validitas isi biasanya ditentukan oleh para ahli. Walaupun tidak
ada formula matematika khusus untuk menghitung dan tidak ada cara secara pasti
akan tetapi untuk memberikan gambaran bagaimana suatu tes divalidasi dengan
validitas tes para ahli memberikan beberapa opsi yaitu dengan mengamatinya
secara langsung pada tes dan item tes secara seksama sehingga diperoleh cara
perbaikan jika ada kesalahan.
Upaya lain yang dapat ditempuh dalam rangka mengetahui validitas
isi dari hasil tes belajar adalah dengan jalan menyelenggarakan iskusi panel.
Dalam forum diskusi tersebut, para pakar ayng yag dipandang memiliki keahlian
yang ada hubungannya dengan mata pelajaran yang diujikan, dimintapendapat dan
rekomendasinya terhadap isi atau materi yang terkandung dalam tes hasil belajar
yang bersangkutan. Hasil-hasil diskusi itu selanjutnya dijadikan pedoman atau
bahan acuan untuk memperbaiki dan menyempurnakan isi atau materi tes hasil
belajar tersebut.[7]
2)
Validitas kostruk (construct validity)
Untuk menentukan adanya validitas konstruk, suatu tes dikorelasikan
dengan suatu konsepsi atau teori. Item dalam tes tersebut harus sesuai dengan
ciri-ciri yang disebutkan dalam konsepsi tadi. Dengan kata lain, hasil-hasil
tes tersebut disesuaiakan dengan tujuan atau ciri-ciri tingkah laku yang hendak
diukur.
Seperti halnya pada penganalisisan validitas isi, maka
penganalisisan validitas konstruksi dapat dilakukan dengan jalan
menyelenggarakan diskusi panel. Pengujian validitas konstruksi tes ini pun
dapat dilakukan baik sesudah maupun sebelum tes hasil belajar tersebut
dilaksanakan.[8]
3)
Validitas prediksi (predictive validity)
Suatu tes dikatakan memiliki validitas prediksi jika hasil korelasi
tes itu dapat meramalkan dengan tepat keberhasilan seseorang pada masa
mendatang di dalam lapangan tertentu. Tepat-tidaknya ramalan tersebut dapat
dilihat dari korelasi koefisien antara hasil tes itu dengan hasil alat ukur
lain pada masa mendatang.
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediksi atau validitas
ramalan apabila mempunyai kemampuan untuk meramalkan apa yang akan terjadi pada
masa yang akan datang.[9]
Berdasarkan uraian di atas dapatlah dipahami, bahwa untuk
mengetahui apakah suatu tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang
memiliki validitas ramalan atau belum, dapat ditempuh dengan cara: mencari
korelasi antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalannya, denga
kriterium yang ada. Jika di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi
positif yang signifikan, maka tes hasil belajar yang sedang diuji validitas
ramalannya itu, dapat dinyatakan sebagi tes hasil belajar yang telah memiliki
daya ramal yang tepat, artinya: apa yang telah diramalkan, betul-betul telah
terjadi secara nyata dalam praktek.[10]
4)
Validitas konkuren (concurrent validity)
Jika hasil suatu tes mempunyai korelasi yang tinggi dengan hasil
suatu hasil alat ukur lain terhadap bidang yang sana dan waktu yang sama pula,
maka dikatakan tes itu memiliki validitas konkuren dalam persamaan waktu.[11]
Untuk mengetahui ada/tidaknya hubungan yang searah antara tes
pertama dengan tes berikutnya, dapat digunakan teknik analisis korelasional
product moment dari Karl Pearson. Jika korelasi antara variabel X (tes pertama)
denga variabel Y (tes berikutnya) adalah positif dan signifikan, maka tes
tersebut dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki validitas bandingan.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan mencari angka korelasi “r”
product moment (rxy), dengan derajat kebebasan (N-2), pada taraf
signifikansi 1%, dengan ketentuan bahwa jika rxy atau r0
sama atau tidak lebih besar daripada rtabel atau rt maka
hipotessis nihil; berarti di antara kedua variabel tersebut terdapat korelasi
positif yang signifikan, sehingga tes formatif tersebut dapat diyantakan valid,
dalam arti telah memiliki validitas bandingan yang mantap atau meyakinkan. Rumus
yang digunakan:
2.
Reliabilitas
a.
Pengertian Reliabilitas
Reliabilitas adalah karakter lain dari hasil evaluasi. Reliabilitas
juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu instrumen
evaluasi, dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi apabila tes yang
dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur. Ini
berarti semakin reliabel suatu tes, semakin yakin kita dapat menyatakan bahwa
dalam hasil suatu tes mempunyai hasil
yang sama dan bisa dipakai di suatu tempat sekolah, ketika dilakukan tes
tersebut.
Reliabilitas soal merupakan ukuran yang menyatakan tingkat keajegan
atau kekonsistenan suatu tes soal. Untuk mengukur tingkat keajegan soal ini
digunakan perhitungan Alpha Cronbach. Rumus yang digunakan dinyatakan
dengan:
R11 =
Keterangan:
n =banyaknya butir soal
Si2 =
jumlah varians tiap skor
St2 =
varians skor total
Rumus untuk mencari varians adalah:
Si2 =
Interpretasi nilai r11 mengacu pada pendapat Guilford
(Ruseffendi, 1991b: 191):
rii < 0,20 reliabilitas sangat
rendah
0,20 < rii 0,40 reliabilitas
rendah
0,420 < rii 0,70 reliabilitas
sedang
0,70 < rii 0,90 reliabilitas
tinggi
0,90 < rii 1,00 reliabilitas
sangat tinggi.[13]
b.
Teknik Analisis Reliabilitas
Analisis
abilitas suatu tes dan atau alat ukur lainnya, termasuk nontes, pada hakikatnya
menguji keajegan pertanyaan tes apabila diberikaan berulang kali pada objek
yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel atau ajeg apabila beberapa kali
pengujian menunjukkan hasil yang relatif sama. Pengujian suatu tes bisa
dilakukan terhadap objek yang sama pada waktu yang berlainan dengan selang
waktu yang tidak terlalu lama dan juga terlalu singkat, bisa juga dilakukan
dengan membandingkan hasil pengujian dari tes yang setara.[14]
1)
Single test-single trial
Pendekatan single test-single trial adalah merupakan pendekatan
serba single atau pendekatan serba satu, yaitu satu kelompok subjek, satu jenis
alat ukur, dan satu kali pengukuran, atau satu kelompok testee, satu jenis tes,
dan satu kali testing. Single test-single trial bisa dilakukan dengan
menggunakan formula:
a)
Pendekatan Single Test-Single Trial dengan Menggunakan Formula
Spearman Brown
rtt =
di
mana:
r
tt : koefisien reabilitas tes secara total (tt=total tes)
rhh
: koefisien korelasi product moment antara separoh (bagian pertama) tes,
dengan separoh (bagian tes kedua) dari tes tersebut (hh= half-half)
1&2
: bilangan konstan
b)
Pendekatan Single Test-Single Trial dengan Menggunakan Formula
Flanagan
r11 = 2 (
Di
mana:
R11 : koefiisien reliabilitas tes
secara totalitas
2
dan 1 : bilangan konstan
S12 : jumlah kuadrat deviasi (=varian) dari
skor-skor hasil tes yang termasuk pada belahan I; S12 =
S22 : jumlah kuadrat deviasi (=varian) dari
skor-skor hasil tes yang termasuk pada belahan II; S22 =
St2 : jumlah kuadrat deviasi (=varian total)
dari skor-skor hasil tes yang termasuk pada belahan I dan II;S12
=
c)
Pendekatan Single Test-Single Trial dengan Menggunakan Formula
Rulon
Rumus yang dikemukakan oleh Rulon untuk mencari Koefisien
Reliabilitas Tes (r11) adalah sebagai berikut:
r11
= 1-
dimana:
r11 = koefisien reliabilitas tes
1
= bilangan konstan
d)
Pendekatan Single Test-Single Trial dengan Menggunakan Formula Kuder
Richadson
Adapun formula yang diajukan oleh Kuder Richadson ada dua buah yang
masing-masing diberi kode: KR20 dan KR21, yaitu:
·
Rumus KR20:
r11=
dimana
r11 = koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir item
1 = bilangan konstan
pi =
proporsi testee yang menjawab betul butir item yang bersangkutan
qi = proporsi testee yang jawabannya
salah
·
Rumus KR21:
r11=
dimana
r11 = koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir item
1 = bilangan konstan
Mt = mean total (rata-rata hitung dari skor
total)
e)
Pendekatan Single Tes-Single Trial dengan Menggunakan Formula C.
Hoyt
Dengan menggunakan teknik analisis varian, maka koefisien
reliabilitas tes dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
r11=
1-
dimana
r11 = koefisien reliabilitas tes
1
= bilangan konstan
MKe = mean
kuadrat interaksi antara testee dan item
MKs = mean
kuadrat antar subjek[15]
2)
Test-retest
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan
konsistensi hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes retes menunjukkan variasi
skor yang diperoleh dari penyelenggaraan satu tes evaluasi yang dilakukan dua
kali atau lebih, sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan melakukan tes
retes tersebut seorang guru akan mengetahui seberapa jauh konsistensi suatu tes
apa yang ingin diukur.
Reliabilitas tes retes ini penting, khususnya ketika digunakan
untuk menentukan prediktor misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan
bermanfaat, jika ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah ubah secara
signifikan saat diberikan kepada responden.
Reliabilitas tes retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut:
- Selenggarakan
tes pada suatu kelompok yang tepat sesuai dengan rencana
- Setelah selang
waktu tertentu, misalnya 1 minggu atau 2 minggu, lakukan kembali tes yang sama
dengan kelompok yang sama tersebut.
- Korelasikan
kedua tes tersebut.[16]
Untuk
mencari korelasi natara skor-skor hasil tes pertama dengan skor-skor hasil tes
kedua, dapaat dipergunakan teknik korelasi rank-order (teknik korelasi
tata-jenjang) dari Spearman, dengan menggunakan rumus:
Di mana :
D : Difference (beda antara rank
variabel I dengan variabel II), atau D= R1-R2
6
dan 1 :
bilangan konstan
N : banyaknya subjek (testee)[17]
3) Alternate
Form
Dalam pelaksanaan pengujian reabilitas tes dengan menggunakan
pendekatan alternate form atau bentuk paralel ini, skor-skor yang diperoleh
dari kedua seri tes tadi dicari korelasinya. Apbila terdapat korelasi positif
yang signifikan maka dapat dikatakan bahwa tes hasil belajar tersebut dapat
dikatakan reliabel. Teknik korelasi yang dipergunakan bisa dipilih antara
teknik korelasi product moment dari Pearson atau teknik korelasi rank order
dari Spearman (khusus untuk N kurang dari 30).
rxy =
c.
Faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas
Koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi diantaranya oleh waktu
penyelenggaraan tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu jauh ataupun
yang terlalu dekat akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor lain yang
juga mempengaruhi reliabilitas instrumen evaluasi diantaranya sebagai berikur:
1)
Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi semakin banyak
jumlah item materi pembelajran yang diukur. Hal ini menunjukkan dua kemungkinan
yaitu tes semakin mendekati kebenaran dan dalam tes semakin kecil siswa untuk
menebak jawaban, hal ini berarti semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas.
2)
Penyebaran skor, semakin tinggi sebaran, semakin tinggi estimasi
koefisien reliabilitas. Hal ini terjadi karena posisi skor siswa secara
individual mempunyai kedudukan sama pada tes retes lain sebagai acuan.
3)
Kesulitan tes, tes normatif yang sangat sulit bagi siswa cenderung
menghasilkan skor reliabilitas yang rendah.
4)
Objektifitas, yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama,
mencapai hasil sama. Ketika prosedur tes evaluasi mmiliki objektifitas tinggi,
maka reliabilitas hasil tes tidak dipengaruhi oleh prosedur teknik penskoran.[19]
3.
Validitas dan Reabilitas pada Penelitian Kuantitatif dan Kulitatif
a.
Penelitian Kuantitatif
Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan
reliabel, maka penelitian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang valid dan
reliabel, dilakukan pada sampel yang mendekati jumlah populasi dan pengumpulan
serta analisis data yang dilakukan secara benar. Dalam penelitian kuantitatif,
untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang diuji validitas dan
reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya. Oleh karena itu penelitian
kuantitatif lebih menekankan aspek reliabilitas daripada aspek validitasnya
karena yang diuji adalah instrumennya.
b.
Penelitian Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antara apa yang dilaporkan oleh peneliti
dengan keadaan objek yang terjadi di lapangan penelitian. Dalam penelitian
kualitatif yang diuji kevalidan dan reliabannya adalah datanya bukan
instrumennya sehingga dalampenelitian kualitatif ini lebih menekankan pada
aspek validitas daripada realibilitasnya.[20]
DAFTAR
PUSTAKA
Arifin, Zainal.
Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2011.
Arikunto,
Suharsimi. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.2009.
Jihad,
Asep dan Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo. 2008.
Purwanto,
Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 1997.
Sudijono,
Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Raja Grafindo Persada. 2009.
Sudjana,
Nana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2009.
Sugiyono. Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta. 2009.
Sukardi.
Evaluasi pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
2009.
Uno, Hamzah B. Perencanaan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 2011.
Wiriaatmadja,
Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2008.
[1] Sukardi, Evaluasi
pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 30.
[2] Hamzah B. Uno,
Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), 103-104.
[3] Rochiati
Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2008), 162-163.
[5] Zainal Arifin,
Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), 245.
[7] Anas Sudijono,
Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2009), 165.
[8] Ibid.,
167.
[9] Suharsimi
Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara), 67-69.
[10] Anas Sudijono,
170.
[11] Ngalim
Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1997), 138-139.
[12] Anas Sudijono
180-181.
[13] Asep Jihad dan Abdul Haris, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta:
Multi Pressindo, 2008), 180-181.
[16] Sukardi, hlm.
45.
[17] Anas Sudijono,
hlm. 269.
[18] Ibid.,
hlm. 275.
[20] Sugiyono, Metode
Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2009), 365.
Comments
Post a Comment