ILMU NUZULUL QUR’AN
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sebelum
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Al-Qur’an itu telah tetulis pada
“Al-Lauhul Mahfudh”, kemudian Allah menurunkannya kepada Muhammad SAW yang
berlangsung selama 22 tahun 2 bulan 22 hari yang terbagi pada 2 periode yaitu Makkah
dan Madinah.
Sekali
turun terkadang Rasulullah menerima 1 surat yang pendek dan terkadang hanya 1
atau beberapa ayat saja. Bahkan pernah hanya beberapa kata saja yang menjadi
bagian dari satu ayat. Pada bab nuzulul qur’an ini akan dibahas pengertian
nuzulul qur’an, tahap-tahap, waktu dan periodesasi turunnya dan pemeliharaan
Al-Qur’an pada masa Nabi dan para sahabat hingga sampai kepada seluruh umat
muslim.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian Nuzulul Qur’an ?
2.
Bagaimana tahapan-tahapan turunnya
Al-Qur’an ?
3.
Apa hikmah diturunkannya Al-Qur’an
secara berangsur-angsur ?
4.
Bagaimana waktu dan periodesasi turunnya
Al-Qur’an ?
5.
Bagaimana pemeliharaan Al-Qur’an pada masa
Nabi dan para sahabat?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Nuzulul Qur’an
Dalam
Ensiklopedi Islam[1]
disebutkan bahwa ada 2 makna nuzulul Qur’an. Pertama, bahwa kata Nuzul berasal
dari kata “ nazzala-yunazzilu” dengan makna konotatif yaitu turun secara
berangsur-angsur. Kedua, kata nuzul berasal dari kata ”anzala-yunzillu” dengan makna konotasi
menurunkan. Dua makna diatas sebagaimana yang diungkapkan Al-Qur’an relevan
dengan turunnya Al-Qur’an.
Para ulama
berbeda pendapat ketika memakai kata nuzul,inzal dan tanzil yang terdapat pada
beberapa ayat diatas. Ada yang memakainya sebagai “idhar Al-Qur’an” yang
berarti menampakkan atau melahirkan Al-Qur’an. Ada juga yang memaknainya bahwa
Allah mengajarkannya kepada malaikat Jibril,baik mengenai bacaannya maupun
pemahamannya, lalu Jibril menyampaikannya kepada Nabi Muhammad SAW yang berada
di bumi.[2]
Ulama lain
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kata diatas adalah” al-I’lamu bihi” yaitu
memberitahukannya. Penggunaaan istilah inzal,tanzil dan nuzul mengisyaratkan
akan kebesaran dan ketinggian zat pemilik kalam yaitu Allah.[3]
B. Tahap-Tahap
turunnya Al-Qur’an
Secara
kronologis,cara Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a)
Tahapan pertama ( At-Tanazzulul
Awwalu )
Tahapan pertama,
Al-Qur’an diturunkan/ditempatkan ke Lauh Mahfudh. Yakni suatu tempat
dimana manusia tidak bisa mengetahuinya secara definitif/pasti. Sebagaimana
firman Allah SWT:
Artinya: “Bahkan
(yang didustakan mereka) itu ialah Al-Qur’an yang mulia yang tersimpan di Lauh
Mahfudh”( Q.S. Al-Buruj:21-22)
Adapun hikmah
dari tahapan pertama ini adalah seperti hikmah dari eksistensi Lauh Mahfudh itu
sendiri dan fungsinya sebagai tempat catatan umum(arsip) dari segala hal yang
ditentukan dan diputuskan Allah SWT dari segala makhluk,alam dan semua
kejadian.
b)
Tahapan Kedua (At-Tanazzulu
Ats-Tsani)
Tahapan kedua,
Al-Qur’an turun dari Lauh Mahfudh ke Baitul Izzah di langit dunia (sama’
ad-dunya) yang terdekat dengan bumi. Adapun dalil tentang penurunan Al-Qur’an
pada tahapan ini adalah :
Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada
suatu malam yang diberkahi[4]
dan Sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.”( Q.S. Ad-dukhaan:3)
Ibnul Qoyyim
menyebutkan beberapa tingkatan metode turunnya wahyu Al Qur’an kepada kekasih-Nya
itu.
1. Melalui mimpi yang
hakiki (terbayang dengan jelas). Ini dicontohkan pada beberapa permulaan wahyu
yang turun kepada Nabi Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam. Perantaraan mimpi ini
juga dialami oleh Nabi Ibrahim ‘Alayhis Sallam agar menyembelih anaknya.
Peristiwa ini diabadikan Allah swt: "Maka tatkala anak itu sampai (pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar". [QS.Ash Shaffat/37:102].
2. Apa yang disusupkan
ke dalam jiwa dan hati beliau, tanpa terlihat. Seperti disampaikan Nabi saw.
dalam hadits berikut, “Sesungguhnya Ruhul Qudus menghembuskan ke dalam diriku
bahwa suatu jiwa tidak mungkin mati sampai disempurnakan rizkinya. Maka
bertaqwalah kepada Allah, baguskanlah dalam meminta, dan janganlah kalian
menganggap lamban datangnya rizki, sehingga kalian mencarinya dengan cara
mendurhakai Allah, karena apa yang ada di sisi Allah tidak akan bisa diperoleh
kecuali dengan mentaati-Nya.” (HR.Bukhari)
3. Malaikat muncul di
hadapan Nabi saw. dalam rupa seorang laki-laki, berbicara langsung hingga Nabi
bisa memahami maksud pembicaraan tersebut. Dalam tingkatan ini terkadang para
sahabat juga bisa melihat penampakan tersebut. Seperti dikenal dalam kisah
“hadits Jibril” tentang makna Iman, Islam, dan Ihsan, di mana lelaki yang
datang itu bisa disaksikan, padahal ternyata ia adalah malaikat Jibril
(HR.Muslim).
4. Wahyu datang
menyerupai bunyi gemerincing lonceng. Ini merupakan cara penyampaian wahyu yang
paling berat dan malaikat tidak terlihat oleh pandangan Nabi saw. hingga dahi
beliau berkerut mengeluarkan keringat walaupun saat itu cuaca sangat dingin,
bahkan hewan tunggangan yang beliau naiki tak kuasa berderum ke tanah. Dalam
Shahih Bukhari disebutkan wahyu seperti ini juga pernah datang saat Nabi saw.
sedang meletakkan kakinya ditopang badan Zaid bin Tsabit ra. sehingga Zaid
merasa keberatan dan hampir saja dia tidak kuat menyangganya.
5. Nabi saw. bisa
melihat malaikat dalam wujud aslinya, lalu menyampaikan wahyu seperti yang
dikehendaki Allah kepadanya. Wahyu seperti ini pernah datang dua kali,
sebagaimana yang disebutkan Allah dalam surat An Najm ketika peristiwa Mi’raj.
"Dan Sesungguhnya Muhammad Telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang
asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha, Di dekatnya ada syurga
tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh
sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang
dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia Telah melihat
sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar"
(QS.An-Najm:13-18). Malaikat Jibril juga pernah mendatangi Nabi saw. dalam rupa
yang sesungguhnya pada masa fatrah (periode kevakuman wahyu) setelah turunnya
QS.Al ‘Alaq.
6. Wahyu yang
disampaikan Allah kepada Rosulullah di atas lapisan-lapisan langit pada malam
Isra’ Mi’raj, berisi kewajiban sholat. "Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah,
tidak ada Tuhan (yang haqq) selain aku, Maka sembahlah Aku dan dirikanlah
shalat untuk mengingat Aku" (QS. Thaha:14)
7. Allah berfirman
secara langsung dengan Nabi saw. tanpa menggunakan perantara, sebagaimana
keadaan ini juga pernah dialami Nabi Musa as. dalam perjalanannya mencari
Tuhan. " …Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung."
[QS.An Nisaa`/4 : 164].
Adapun hikmah diturunkannya Al-Qur’an
pada tahap ini adalah sebagai berikut :[5]
1) Sebagaimana
pemberitahuan Allah kepada penghuni langit dunia tentang telah turunnya kitab
Allah yang akan disampaikan kepada Rasul-Nya yang terakhir. Hal ini berbeda
dengan kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada Rasul-Rasul sebelumnya,yaitu
secara langsung diturunkan sekaligus,melainkan secara bertahap.
2) Untuk
lebih memperkuat keyakinan serta menghilangkan keraguan terhadap
Al-Qur’an,karena kalam yang dicatat dan berada dalam berbagai tempat catatan
lebih meyakinkan keberadaannya daripada yang hanya terdapat dalam satu tempat
catatan saja.
c)
Tahapan Ketiga ( At-Tanazzulu
Ats-tsaalistu )
Tahapan ketiga,
Al-Qur’an turun dari baitul izzah di langit dunia langsung kepada Nabi Muhammad
SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril. Dalam tahap inilah ajaran serta
petunjuk Allah sampai kepada umat manusia . adapun dalil mengenai hal ini yaitu
firman Allah:
Artinya
: “Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke
dalam hatimu memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang jelas.”
(Q.S.Asy-Syu’araa’:193-195)
C.Hikmah Turunnya
Al-qur’an secara berangsur-angsur
Hikmah Al-quran
Diturunkan berangsur-angsur:
1. Untuk memantapkan ayat-ayat itu dalam hati
Rasulullah SAW
2. Untuk mengokohkan hati Rasulullah dan memperkuat
tekad dan semangat juangnya dalam melaksanakn tugas beliau sebagai Rasul
3. Untuk menyesuaikan kepentingan Rasulullah dan kaum
muslimin
4. Supaya timbul rasa kerinduan dalam hati Nabi untuk
kembalinya wahyu kepada beliau
5. Supaya lenyap sama sekali rasa takut yang dialami Nabi
ketika turunya wahyu pertama kali diGua Hira
D.Waktu Turunnya
Al-qur’an dan Periodesasinya
a)
Waktu Turunnya Al-Qur’an
Permulaan
turunnya Al-Qur’an adalah pada malam Qadar, tanggal 17 Ramadhan tahun ke empat
puluh dari kelahiran Nabi Muhammad SAW,bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610
M,sewaktu beliau sedang berkhilwat(meditasi) di dalam Goa Hira di atas jabal
nur,sebelah utara Kota Mekkah. Ayat yang pertama kali turun adalah ayat 1-5
Surat Al-Alaq:
Artinya :”Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar
(manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Al-Qur’an
selesai diturunkan menjelang kewafatan Nabi Muhammad SAW pada tanggal 9
dzulhijjah tahun 63 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau tahun 10 H yang
bertepatan dengan tanggal 27 Oktober 632 M,dengan turunnya surat yang terakhir
yaitu surat Al-Maidah ayat 3.Menurut Imam As-Suyuthi yang mengikuti pendapat
Abdullah Ibnu Abbas,bahwa ayat yang terakhir turun adalah surat Al-baqarah ayat
281.Karena itu jumhur ulama,masa turunnya Al-Qur’an dari permulaan hingga akhir
adalah selama 22tahun 2bulan 22hari.
b)
Periodesasi turunnya Al-Qur’an
Masa turunnya
Al-Qur’an selama 22 tahun lebih itu terbagi dalam 2 periode sebagai berikut:
a)
Periode Pertama adalah periode Mekkah
yaitu periode dimana Nabi Muhammad SAW masih tinggal di Mekkah,yang menurut
para ulama ahli penelitian selama 12 tahun 5 bulan lebih 13 hari,terhitung
mulai turun pertama tanggal 17 Ramadhan tahun 41 kelahiran Nabi Muhammad SAW
sampai dengan Rabiul awal tahun 54 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Pada
periode ini turun kurang lebih 19/30 dari jumlah seluruh isi Al-Qur’an,yang
terdiri dari 90 surat yang mencakup 4.773 ayat.(menurut dasar mushhaf Utsman
sekarang).
b)
Periode kedua adalah periode Madinah yaitu
periode dimana Nabi Muhammad SAW sudah hijrah ke madinah dan diam disana yang
telah disepakati para ulama selama 9 tahun 9 bulan lebih 9 hari, terhitung
sejak awal Rabiul Awal tahun 54 kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai dengan
tanggal 9 Dzulhijjah tahun 63 kelahiran Nabi Muhammad SAW atau tahun 10 H, yang
bertepatan dengan tanggal 27 Oktober 632 M. selama periode kedua ini turunlah
lebih kurang 11/30 dari semua isi Al-Qur’an yang terdiri dari 24 surat yang
meliputi 1463 ayat(menurut mushhaf Utsman sekarang.
E.Ilmu-ilmu yang terkait dengan Nuzulul Al-qur’an
1. Ilmu Mawathin Nuzul, yaitu ilmu yang membahas tentang
tempat-tempat turunnya ayat Qur'an.
2. Ilmu Asbabun Nuzul, yaitu ilmu yang membahas
sebab-sebab turunnya ayat Al-qur'an.
3. Ilmu Nasikh
Mansukh,yaitu ilmu yang membahas ayat yang terhapus dan digantikan dengan ayat
yang baru.
4. Ilmu
Munasabah,yaitu ilmu yang menerangkan kolerasi atau hubungan antara suatu ayat
dengan ayat yang lain,baik yang ada dibelakangnya atau ayat yang ada
didepannya.
F.Pemeliharaan Al-Qur’an
pada masa Nabi Muhammad SAW
Semasa Nabi
Muhammad SAW masih hidup, beliau telah memiliki beberapa pencatat wahyu, diantaranya
Khulafa’ Ar-Rasyidin, Muawiyah, Zaid ibn Tsabit, Khalid bin Walid, Ubai bin
Ka’ab dan Tsabit bin qies[6].
Pola pengumpulan
Al-Qur’an pada masa itu masih sangat sederhana. Dalam sebuah hadist yang
diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Mustadraknya dengan Isnad yang memenuhi
persyaratan Bukhari Muslim dari Zaid bin Tsabit,ia berkata: “ Di kediaman
Rasulullah kami menyusun ayat ayat Al-Qur’an yang tercatat pada riqa’ ”[7]
Adapun alat tulis
yang digunakan para sahabat pada waktu itu sangat beraneka ragam, antara lain:
al-riqa’(jamak dari ruq’ah yang berarti lembaran-lembaran kulit,lembaran daun
atau lembaran kain), al-karanif(kumpulan pelepah kurma yang lebar),
al-aktab(kayu yang diletakkan di punggung unta sebagai alas untuk ditunggangi),
al-aktaf(tulang kambing atau unta yang lebar) dan lain sebagainya.
Ada beberapa sebab
mengapa pada masa Nabi SAW Al-Qur’an belum ditulis dan dibukukan menjadi satu
mushaf karena para penghafal di kalangan sahabat masih banyak jumlahnya,Nabi
masih selalu menunggu akan turunnya wahyu dari waktu ke waktu,kemungkinan
adanya ayat Al-Qur’an yang menasakh beberapa ketentuan hukum yang turun
sebelumnya.[8]
G.Pemeliharaan Al-Qur’an
pada masa Abu Bakar As-Shiddiq
a.
Adanya beberapa peperangan yang
menyebabkan banyaknya penghafal Al-Qur’an yang gugur
b.
Timbulnya kekhawatiran akan hilangnya
Al-Qur’an
c.
Dikumpulkan dan ditulis ulang secara
berurutan atas kesepakatan(ijma’) para sahabat
d.
Munculnya ilmu jam’il Qur’an
H.Pemeliharaan Al-Qur’an
pada masa Utsman bin Affan
a.
Adanya akulturasi budaya (antara budaya
islam dan budaya lokal)
b.
Adanya kesulitan dalam pengucapan beberapa
huruf arab seperti jim,fa’ dsb.
c.
Upaya penyatuan bacaan seperti yanga ada
pada suku quraysh
d.
Ditulis ulang dan dibukukan secara
sistematis ( 6 eksemplar dengan 1 di madinah dan 5 di mekkah)
e.
Munculnya ilmu rosmul Qur’an
I.Pemeliharaan Al-Qur’an
pada masa Ali bin Abi Thalib dan setelahnya
a.
Kekuasaan khilafah islamiyah semakin luas
b.
Adanya kesalahan dalam pembacaan Al-qur’an
yang dapat merubah makna
c.
Pemberian tanda pembeda antara huruf oleh
Abu Al-Aswad Al-Du’ali
d.
Dilanjutkan dengan pemberian tanda pembeda
antar ucapan oleh Al-Kisa’i(ahli nahwu)
DAFTAR
PUSTAKA
A
L A Byadl Ibrahim, Sejarah Al-Qur’an, terj.Halimuddin. Jakarta : Rineka
Cipta.1996
Djalal
H.A, Prof. Dr. H. Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya : Dunia Ilmu. 2000
Nur
Ichwan, Muhammad. Studi ilmu-ilmu al-Quran.Semarang: Rasail Media Group.2008
Syadili,Ahmad, Ahmad Rofi’I, Ulumul
Qur’an,tt
[1] Departemen agama RI, ensiklopedi islam
jilid II (Jakarta:1993).859
[2]
Muhammad Badruddin al Zarkasyi,
Al-Burhan fi’ulum al-qur’an (Mesir:MA al-babi al-habibi,t.th cet ke 2,jilid
I,229
[3] Ahmad Abdul kamal, ulum al-qur’an(t.tp.
t.pn. t.th),11
[4]
Malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di
Indonesia umumnya dianggap jatuh pada
tanggal 17 Ramadhan.
[5]
Sya’ban Muhammad Ismail,
Bandingkan dengan Muhammad Salim Mahisin,op.cit,59
[6] Dr. Subhi Al-Saleh,Studi ilmu-ilmu
al-qur’an(semarang:rasail Media Group,2008),34
[7] Ibid,69
[8][8] Muhammad Nur Ichwan, studi ilmu-ilmu
al-Quran (semarang:rasail Media Group,2008),44-45
Comments
Post a Comment