PROSES PERENCANAAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
LATAR
BELAKANG
Pengembangan kurikulum adalah istilah yang
komprehensif, di dalamnya mencakup perencanaan, penerapan, dan evaluasi.
Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja
kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan
perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum
atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan
kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap
akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil
pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan
hasil-hasil kurikulum itu sendiri.
Pada prinsipnya pengembangan kurikulum berkisar pada
pengembangan aspek ilmu pengetahuan dan teknologi yang perlu diimbangi
perkembangan pendidikan. Manusia, disisi lain sering kali memiliki keterbatasan
kemampuan untuk menerima, menyampaikan dan mengolah informasi, karenanya
diperlukan proses pengembangan kurikulum yang akurat dan terseleksi dan
memiliki tingkat relevansi yang kuat. Dalam hal ini merealisasikannya maka
diperlukan suatu model pengembangan kurikulum dengan pendekatan yang sesuai
Kurikulum adalah semua pengalaman yang telah
direncanakan untuk mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan pendidikan baik
yang diperoleh dari dalam maupun luar lembaga yang telah direncanakan secara
sistematis dan terpadu. Manajemen dalam perencanaan kurikulum dapat diartikan
sebagai keahlian atau kemampuan merencanakan dan mengorganisasi kurikulum.
Pokok kegiatan utama studi manajemen kurikulum meliputi bidang perencanaan dan
pengembangan kurikulum, pelaksanaan dan perbaikan kurikulum. Manajemen
perencanaan dan pengembangan kurikulum berdasarakn asumsi bahwa telah tersedia
informasi dan data tentang masalah-masalah dan kebutuhan yang mendasari
disusunnya perencanaa secara tepat.
Untuk mengembangkan suatu rencana seseorang harus
mengacu kemasa depan. Perencanaan ini memberikan pengaruh dalam menentukan
pengeluaran biaya atau keuntungan, menetapkan perangkat tujuan atau hasil
akhir, mengembangkan strategi untuk mencapai tujuan akhir, menyusun atau
menetapkan prioritas dan urutan strategi, menetapkan prosedur kerja dengan
metode yang baru, serta mengembangkan kebijakan-kebijakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian peranan dan pengembangan kurikulum
Perencanaan
kurikulum (curriculum improvement, curriculum building) adalah kegiatan yang
mengacu pada usaha untuk melaksanakan dan menyempurnakan kurikulum yang telah
ada, guna memperolehhasil yang lebih maksimal.
Pengembangan
kurikulum (curriculum development, curriculum planning atau curriculum design)
sebagai tahap lanjutan dari pembinaan, yakni kegiatan yang mengacu untuk
menghasilkan suatu kurikulum baru. Dalam kegiatan tersebut meliputi
penyusunan-penyusunan, pelaksanaan, penilaian dan penyempurnaan. Melalui
tahap-tahap tersebut akan dihasilkan kurikulum dan dengan terbentuknya
kurikulum baru itu, maka tugas pengembangan telah selesai, kemudian tugas
berikutnya beralih pada kegiatan pembinaan kurikulum.
Pengembangan
kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan
untuk membawa siswa kearah perubahan-perubahan yang di inginkan dan menilai
hingga mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.[1]
B.
Asas-asas perencanaan kurikulum
Perencanaan kurikulum
disusun berdasrkan asas-asas sebagai berikut:
a.
Objektivitas
Perencanaan
kurikulum memiliki tujuan yang jelas dan sepesifik berdasrkan tujuan pendidikan
nasional, data input yang nyata sesuai dengan kebutuhan.
b.
Keterpaduan
Perencanaan
kurikulum memadukan jenis dan sumber dari semua disipiln ilmu, keterpaduan
sekolah dan masyarakat, keterpaduan internal, serta keterpaduan dalam proses
penyampaian .
c.
Manfaat
Perencanaan
kurikulum menyediakan dan menyajikan pengetahuan dan ketrampilan sebagai bahan
masukan untuk pengambilan keputusan dan tindakan, serta bermanfaat sebagai
acuan strategis dalam penyelenggaraan pendidikan.
d.
Efisiensi
dan efektivitas
Perencanaan
kurikulum disusun berdasarkan prinsip efisiensi dana, tenaga, waktu, dan
efektif dalam mencapai tujuan dan hasil pendidikan.
e.
Kesesuaian
Perencanaan
kurikulum disesusaikan dengan sasaran peserta didik, kemampuan tenaga
kependidikan, kemajuan iptek, dan perubahan atau perkembangan masyarakat
f.
Keseimbangan
Perencanaan
kurikulum memperhatikan keseimbangan antara bidang study, sumber yang tersedia,
serta antara kemampuan dan program yang akan dilaksanakan.
g.
Kemudahan
Pwerencanaan
kurikulum memberikan kemudahan bagi para pemakainya yang membutuhkan pedoman
berupa bahan kajian dan metode untuk melaksanakan proses pembelajaran.
h.
Berkesinambungan
Perencanaan
kurikulum ditata secara berkesinambungan sejalan dengan tahap-tahap dan jenis
dan jenjang satuan pendidikan.
i.
Pembakuan
Perencanaan
kurikulum dibakukan sesuai dengan jenjang dan jenis satuan pendidikan, sejak
dari pusat, provinsi, kabupaten atau kota madya.
j.
Mutu
Perencanaan
kurikulum memuat perangkat pembelajaran yang bermutu, sehingga turut
meningkatkan mutu proses belajar dan kuwalitas kelulusan secara keseluruhan.[2]
C. Pengembangan kurikulum dengan pendekatan sistem
Sistem adalah suatu
totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen atau bagian. Komponen itu saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu komponen juga dapat
merupakan sebuah sub sistem dari suatu sistem. Pendekatan sistem digunakan juga
sebagai suatu sistem berfikir, bahkan sistem pendekatan ini dikembangkan dalam
upaya pembaharuan pendidikan. Langakah-langkah yang digunakan adalah proses
identifikasi dan perumusan masalah, perumusan atau hasil-hasil yang diinginkan,
dan penentuan yang dinilai paling tepat melalui eksperimen. Selanjutnya
dilakukan kegiatan try out dan revisi, dan langkah terakhir yakni
implementasi dan evaluasi.[3]
Salah satu model
penggunaan pendekatan sistem dalam rangka mengembangkan suatu course design
adalah sebagai berikut:
1.
Identifikasi
tugas-tugas
Kegiatan merancang
suatu program kurikulum harus dimulai dari identifikasi tugas-tugas, yang
menjadi tuntutan darisuatu pekerjaan. Berdasarkan pekerjaan yang dituntut itu
selanjutnya direncanakan dan ditentukan peranan-peranan yang harus dilaksanakan
sehubungan pekerjaan tersebut. Peranan-peranan inilah yang akan menjadi titik
tolak dalam menentukan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh seorang lulusan
kelak, sesuai dengan lapangan kerjanya.
2.
Analisis
tugas-tugas
Berdasarkan
tugas-tugas yang telah ditetapkan secara dimensional, lalu dijabarkan menjadi
seperangkat tugas yang lebih sepesifik. Setiap dimensi tugas akan terjabar
sedemikian rupa sehinggan akan tercermin segala sesuatu yang patut dan harus
dikerjakan.
3.
Spesifikasi
pengetahuan ketrampilan sikap
Setiap tugas dirancang
secara sepesifik kemampuan-kemampuan apa yang perlu dimiliki oleh lulusan agar
dapat melaksanakan tugas dan perananannya.
4.
Penetapan
kemampuan
Langkah ini sejalan
dengan langkah yang telah dilaksanakan sebelumnya. Setiap kemampuan hendaknya
didasarkan pada kriteria-kriteria kognitif, afektif, dan performance tersebut.
5.
Identifikasi
kebutuhan pendidikan dan latihan
Langakah ini merupakan
analisis kebutuhan pendidikan dan latihan, artinya jenis-jenis pendidikan dan
atau latihan-latihan yang wajar disediakan dalam rangka mengembangkan
kemampuan-kemampuan yang telah ditetapkan itu. Ini berarti, untuk mengembangkan
kemampuan tertentu dibutuhkan jenis pendidikan dan latihan-latihan tertentu
pula.
6.
Perumusan
tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan
adalah tujuan-tujuan program. Pada tingkat ini tujuan pendidikan masih bersifat
umum, atau dapat juga disebut sebagai tujuan kurikuler dan tujuan instruksional
umum. Tujuan-tujuan tersebut dilakukan dengan berpedoman kepada jenis kemampuan
yamg hendak dikembangkan.
7.
Kriteria pengukuran penguasaan tugas
Kriteria pengukuran
ini masih bersifat kriteria indikator keberhasilan suatu program. Keberhasilan
ini ditandai dengan ketercapaian tujuan-tujuan kemampuan, atau berkembangnya
kemampuan yang diharapkan.
8.
Organisasi
sumber-sumber belajar
Langkah ini menekankan
pada materi pelajaran yang akan disampaikan sehubungan dengan pencapaian tujuan
kemampuan yang telah ditentukan.
9.
Pemilihan
strategi pengajaran
Titik berta analisis
pada langkah ini adalah penentuan metode dan media yang akan digunakan dalam
hubungan dengan usaha mencapai tujuan kemampuan yang diharapkan.
10.
Tes
lapangan dan evaluasi sistem
Uji coba atas program
yang baru didesain sangat diperlukan guna melihat berbagai kemungkinan
keterlaksanaan program.
11.
Pengukuran
reliabilitas program
Pengukuran ini sejalan
dengan pelaksanaan uji coba dan pengukuran. Perbaikan dan uji coba program
diperlukan guna menjamin konsistensi, koherensi, dan monitoring sistem selain
memberikan umpan balik kepada organisasi sumber-sumber strategi pengajaran,
motivasi belajar.
12.
Monitoring
sistem
Kegiatan monitoring
perlu didesain secara analisis. Dengan demikian diharapkan pada akhirnya
dikembangkan suatu program yang benar0benar sinkron dengan kebutuhan lapangan
dan memiliki kemampuan beradaptasi.[4]
D. Pengembangan Tujuan Pembelajaran
Yang menjadi kunci
dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata
ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa yang dapat ditetapkan
apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan di apresiasi.[5]
Ø Keberhasilan pengembangan tujuan pembelajaran harus memenuhi:
1.
Sifat
tujuan hirarkial(berjenjang), artinya:
-
Tujuan
pembelajaran tidak boleh lebih luas dari tujuan akhir
-
Tujuan-tujuan
pembelajaran jika disatukan akan menggambarkan tujuan akhir
2.
Tujuan
pembelajaran harus operasional
3.
Tujuan
pembelajaran harus dapat diukur ketercapaiannya
4.
Tujuan
pembelajaran harus mencakup domain kognitif, afektif, dan psikomotorik
Ø Kriteria pengembangan tujuan pembelajaran:
1.
Berorientasi
pada siswa, penekanan pada upaya diharapkan dapat dilakukan oleh siswa bukan
apa yang yang dilakukan oleh instruktur
2.
Berisikan
hasil belajar, apa yang harus dicapai oleh siswa
3.
Jelas
dan dapat di pahami
4.
Deskripsi
kata kerja harus merupakan tindakan yang dapat diobservasi/tindakan yang
menghasilkan produk yang dapat di observasi. [6]
E. Pengembangan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan
salah satu hal yang penting dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk merancang pembelajaran kita perlu memikirkan
materi/bahan pelajaran apa yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran
dan mencapai kompetensi yang diinginkan, karena itulah kita perlu mengembangkan
bahan pembelajaran. Dalam mengembangkan bahan pembelajaran, kita dapat mengacu
pada dua hal, yaitu konteks tempat penyelenggaraan pendidikan dan bentuk
kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.[7]
Pertimbangan
konteks dilakukan untuk menentukan bentuk kemasan materi pelajaran seperti
dijilid atau tidaknya, dll. Sedangkan
dari segi bentuk kegiatan pembelajaran, guru perlu mempertimbangkan
apakah pembelajarannya konvensional, pendidikan jarak jauh, ataupun
kombinasi keduanya. Tiga Macam Pengembangan Bahan Pembelajaran:
1. Pengembangan Bahan Belajar Mandiri
Bahan belajar mandiri perlu dikembangkan apabila
dalam kegiatan pembelajarannya siswa belajar secara mandiri, tanpa tergantung
pada kehadiran pengajar. Bahan belajar mandiri mempunyai empat ciri pokok yaitu :
a. Mempunyai kalimat yang mampu menjelaskan sendiri
b. Dapat dipelajari oleh mahasiswa, sesuai dengan
kecepatan belajar masing- masing
c. Dapat dipelajari oleh mahasiswa menurut
waktu dan tempat yang dipilihnya.
d. Mampu membuat mahasiswa aktif melakukan
sesuatu pada saat belajar, seperti mengerjakan latihan, tes, atau kegiatan
praktik.
Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, perancang pembelajaran dapat
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memilih dan mengumpulkan bahan pembelajaran yang tersedia dilapangan dan
relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam
strategi pembelajaran.
b. Mengadaptasikan bahan pembelajaran tersebut ke dalam bentuk bahan belajar
mandiri dengan mengikuti strategi pembelajaran yang
telah disusun sebelumnya.
c. Meneliti kembali konsistensi isi bahan belajar tersebut
dengan strategi pembelajaran.
d. Meneliti kualitas teknis dari bahan tersebut, yang meliputi
tiga hal sebagai berikut:
1) Bahasa yang
sederhana dan relevan
2) Bahasa yang
komunikatif
3) Desain fisik
Untuk memproduksi bahan belajar mandiri, tim yang tergabung dalam
pengembangan pembelajaran ini harus bekerja sama. Ahli desain pembelajaran,
ahli materi atau pengajar, ahli media, dan ahli penyusun tes bekerjasama untuk
memproduksi bahan pembelajaran yang sesuai dengan strategi pembelajaran.
2. Pengembangan
Bahan Pengajaran Konvensional
Bahan pengajaran konvensional jumlahnya sangat terbatas, karena disini
pengajar&bahan pengajaran adalah sumber inti kegiatan pembelajaran.
Pengajaran menyajikan isi pelajaran dengan urutan, metode, media, dan waktu
yang telah ditentukan dalam strategi pembelajaran.
Satu-satunya bahan yang diberikan kepada mahasiswa, adalah program pengajaran. Untuk menyusun program pengajaran
tersebut ada beberapa langkah yang dapat membantu pengembang pembelajaran,
antara lain:
a. Menulis deskripsi singkat isi
pelajaran
b. Menulis topic dan jadwal
pelajaran
c. Menyusun
tugas dan jadwal penyelesaiannya yang diharapkan dilakukan mahasiswa.
d. Menyusun cara pemberian nilai
hasil pelaksanaan tugas dan tes.
3.
Pengembangan Bahan PBS (Pengajar, Bahan, Siswa)
Inti dari bahan PBS (Pengajar, Bahan, Siswa)
bersumber pada bahan pembelajaran dan pengajar. Keduanya harus saling mengisi.
Untuk mengembangkan bahan PBS ini pengajar bisa mengumpulkan bahan pembelajaran
yang tersedia di lapangan dan relevan dengan strategi pembelajaran. Berikut
langkah-langkah yang dapat digunakan oleh pengembang pembelajaran dalam
mengembangkan bahan PBS:
a. Memilih dan mengumpulkan bahan pembelajaran yang kebetulan
tersedia dilapangan dan relevan dengan isi pelajaran yang tercantum dalam
strategi pembelajaran.
b. Menyusun bahan tersebut sesuai dengan urutan pada urutan U
(uraian) yang terdapat dalam strategi pembelajaran.
c. Mengindentifikasi bahan-bahan yang tidak diperoleh dari
lapangan untuk ditutup dengan penyajian pengajar.
d. Menyusun program pengajaran
e. Menyusun petunjuk cara menggunakan bahan pembelajaran yang
dibagikan kepada mahasiswa.
f. Menyusun bahan lain (bila masih
diperlukan) yang berupa transparansi, gambar, bagan, dan semacamnya.[8]
BAB III
KESIMPULAN
A.
Pengertian perkembangan kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah
perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membawa siswa
kearah perubahan-perubahan yang di inginkan dan menilai hingga mana
perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa.
B.
Asas-asas
perencanaan kurikulum
a.
Objektivitas
b.
Keterpaduan
c.
Manfaat
d.
Efisiensi
dan efektivitas
e.
Kesesuaian
f.
Keseimbangan
g.
Kemudahan
h.
Berkesinambungan
i.
Pembakuan
j.
Mutu
C.
Pengembangan kurikulum dengan pendekatan
sistem
Sistem adalah suatu
totalitas yang terdiri atas sejumlah komponen atau bagian. Komponen itu saling
berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain.
D.
Pengembangan Tujuan Pembelajaran
Yang menjadi kunci
dalam rangka menentukan tujuan pembelajaran adalah kebutuhan siswa, mata
ajaran, dan guru itu sendiri.
E.
Pengembangan Materi Pembelajaran
Tiga Macam Pengembangan
Bahan Pembelajaran:
1.
Pengembangan Bahan Belajar Mandiri
2.
Pengembangan Bahan Pengajaran Konvensional
3.
Pengembangan Bahan PBS (Pengajar, Bahan, Siswa)
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik Oemar, Prof. Dr., Manajemen Pengembangan Kurikulum,
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.
Hamalik Oemar, Dr., Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007.
Hamalik Oemar, Dr., Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta:
Bumi Aksara, 2001.
Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, Pasuruan: Garoeda
Buana Indah, 1993.
[1] Hamid Syarief, Pengembangan Kurikulum, (Pasuruan: Garoeda
Buana Indah, 1993), 48
[2] Oemar Hamalik, Manajemen
Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 155
[3] Oemar Hamalik, Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), 37
[4] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan
Kurikulum, (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA, 2006)
[5] Oemar Hamalik, Kurikulum dan
Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), 76
Comments
Post a Comment