IMAN KEPADA MALAIKAT
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Malaikat adalah
kekuatan-kekuatan yang patuh, tunduk dan taat pada perintah serta ketentuan
Allah SWT. Malaikat berasal dari kata malak bahasa arab yang artinya kekuatan.
Dalam ajaran agama islam terdapat 10 malaikat yang wajib kita ketahui dari
banyak malaikat yang ada di dunia dan akherat yang tidak kita ketahui. Iman
kepada malaikat adalah bagian dari Rukun Iman.
Iman kepada
malaikat maksudnya adalah meyakini adanya malaikat, walaupun kita tidak dapat
melihat mereka, dan bahwa mereka adalah salah satu makhluk ciptaan
Allah. Allah menciptakan mereka dari cahaya. Mereka menyembah Allah dan
selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah berdosa. Tak seorang pun mengetahui
jumlah pasti malaikat, hanya Allah saja yang mengetahui
jumlahnya. Walaupun manusia tidak dapat melihat malaikat tetapi jika Allah
berkehendak maka malaikat dapat dilihat oleh manusia, yang biasanya terjadi
pada para Nabi dan Rasul.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
kita mengimani malaikat ?
2. Apa
saja hal – hal yang perlu diketahui dalam megimani malaikat ?
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Malaikat.
Pengertian Malaikat
menurut Hafizd Ibn Hajar al-Aqsalani dalam bukunya berjudul Fathul Bahri bahwa kata malaikat itu
merupakan bentuk jamak, bentuk (dari kata) tuggalnya
adalah malak yang berarti kekuatan. Sedangkan sebagian ulama
mempunyai pendapat yang berbeda dalam menerangkan arti malaikat secara bahasa,
diantaranya adalah: Pertama, Kata Malaikat adalah berasal dari
katamalik yang berarti “si empunya (yang memiliki). Kedua, Kata Malaikat
berasal dari kata malkun yang berarti “yang bertindak dengan
kekerasan”[1]. Adapun
mayoritas ahli kalam dari kaum muslim mengatakan bahwa para malaikat itu adalah
jisim-jisim halus yang dianugerahi kemampuan untuk mengubah bentuknya oleh
Allah dengan rupa yang bermacam-macam, dan tempat mereka adalah di langit.[2] Orang-orang
yang mengatakan, bahwa para malaikat itu adalah bintang-bintang atau jiwa-jiwa
pilihan (utama dan mulia) yang telah terpisah dari jasadnya merupakan
perkataan-perkataan yang tidak ada dasarnya dalam dalil-dalil syari’at.[3] Menurut
Ibnu Sina, malaikat (malak) itu adalah substansi yang sangat sederhana, hidup,
berbicara dan berakal, menjadi perantara antara makhluk dengan Tuhan.[4]
Zat yang merupakan penyebab dari
terciptanya malaikat adalah nur (cahaya). Dari Aisyah diriwayatkan,
bahwa telah bersabda Rasulullah Saw: “Malaikat itu telah diciptakan
dari nur, dan jin diciptakan dari api. Sedangkan manusia diciptakan dari apa
yang telah diterangkan kepada kalian (para sahabat). (HR. Muslim).
Adapun tentang masalah “sejak kapankah
malaikat itu tercipta?” kita tidak menemukan satu pernyataan (dalil) pun dalam
Kitabullah dan Sunnah yang sahih, yang menerangkan akan hal ini. Yang jelas,
mereka tercipta sebelum diciptakannya Nabi Adam As, dengan dalil firman Allah
Swt dalam surat Al-Baqarah ayat 30:
øÎ)ur tA$s% /u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkÏù `tB ßÅ¡øÿã $pkÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB w tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ َ
Artinya: ingatlah ketika
Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-baqarah: 30)
B. Pengertian
Iman Kepada Malaikat
Malaikat adalah makhluk Allah yang
berjisim, tidak dapat dilihat, dirasa dan dilihat oleh mata. Malaikat
diciptakan dari nur atau cahaya dan selalu patuh kepada Allah Swt. Oleh karena
itu alam malaikat berbeda dengan alam manusia dengan sifat-sifatnya pasti
berbeda pula dengan manusia. Beriman kepada malaikat adalah percaya bahwa
malaikat itu benar-benar ada, diciptakan oleh Allah Swt dalam alam ghaib, yaitu
dari nur atau cahaya dan mempunyai tugas yang berbeda-beda sesuai dengan
ketentuan Allah.[5] Beriman
kepada malaikat ialah mempercayai bahwa Allah mempunyai makhluk yang dinamai
“malaikat”, yang tidak pernah durhaka kepada Allah, yang senantiasa
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya dan secermat-cermatnya. Lebih
tegas, iman kepada malaikat ialah beritikad adanya malaikat yang menjadi
perantara antara Allah dengan rasul-Nya, yang membawa wahyu kepada Rasul-Nya
itu.[6]
C. Fungsi
Iman Kepada Malaikat.
Tidak dapat diragui sedikitpun, bahwa
beriman kepada malaikat, lasykar Tuhan yang tidak dapat kita lihat yang
mempunyai beberapa ketentuan dan keistimewaan yang hanya diketahui oleh
Khaliqnya saja, juga iman kepada hari akhirat termasuk ke dalam iman akan
sesuatu yang ghaib. Adapun fungsi iman kepada malaikat adalah:
Selalu melakukan perbuatan baik dan
merasa najis serta anti melakukan perbuatan buruk karena dirinya selalu diawasi
oleh malaikat.
Berupaya masuk kedalam surga yang dijaga
oleh malaikat Ridwan dnegan bertaqwa dan beriman kepada Allah Swt serta
berlomba-lomba mendapatkan Lailatul Qadar. Meningkatkan keikhlasan, keimanan
dan kedisiplinan kita untuk mengikuti/meniru sifat dan perbuatan malaikat.
Selalu berfikir dan berhati-hati dalam
melaksanakan setiap perbuatan karena tiap perbuatan yang baik maupun yang buruk
akan dipertanggung jawabkan siakhirat kelak.[7]
Sebagai umat islam, kita diwajibkan
beriman kepada malaikat maupun terhadap makhluk yang ghaib lainnya, disini
bukan berarti kita menyembah mereka tapi kita hanya diwajibkan mengimaninya
bahwa mereka itu ada, dan juga kita tidak perlu mengetahui hakikatnya. Karena
itu, bila ada keterangan yang mengatakan bahwa malaikat itu bersayap, maka
hendaklah kita pahami bahwa sayap malaikat tidak serupa dengan sayap burung.
Apabila dikatakan, bahwa malaikat itu dibebankan tugas menjaga alam, tubuh,
tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya, maka hendaklah dipahami bahwa di alam ini, ada
lagi alam yang lebih halus dari alam yang dapat kita jangkau dengan
pancaindera. Tegasnya, malaikat itu adalah makhluk ghaib yang tidak dapat kita
ketahui hakikatnya.
D. Sifat-sifat
dan nama malaikat yang wajib diketahui serta tugasnya.
Seperti yang kita ketahui bahwa malaikat
memiliki sifat-sifat tersendiri yang pada dasarnya mereka hanya menjalankan
perintah Allah dan tidak pernah sedikitpun murka kepada Allah. Sifat-sifat
malaikat yaitu mereka selalu patuh terhadap apa-apa yang diperintahkan Allah
kepada mereka dan mereka diciptakan dari nur atau cahaya, mereka tidak
diciptakan untuk membangkang atau melawan kepada Allah, malaikat tidak
dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak memiliki keinginan seperti manusia, tidak
berjenis lelaki atau perempuan, dan tidak berkeluarga, tidak sombong, malaikat
tidak pernah lelah dalam melaksanakan apa-apa yang diperintahkan kepada mereka,
mereka tidak makan, minum atau tidur seperti manusia, mereka tidak bertambah
tua ataupun bertambah muda, keadaan mereka sekarang sama persis ketika mereka
diciptakan.[8] Malaikat
dapat berubah wujud dan menjelma menjadi yang dia kehendaki, ia memohon ampunan
bagi orang-orang yang beriman.
Malaikat memiliki fungsi tertentu,
fungsi utama malaikat berkenaan dengan tugasnya terhadap manusia dan sebagai
pelaksana kehendak Allah. Malaikat juga berfungsi sebagai utusan penyampaian
wahyu, sebagai pengawas manusia, sebagai pencatat segala perbuatan manusia,
untuk mendatangkan azab kepada umat yang zalim serta mereka yang mengingkari
ayat-ayat Allah, sebagai pengantar untuk memperkuat para nabi/rasul dan kaum
muslimin, menolong dan memintakan ampun bagi mereka yang ada di Bumi, memantu
meningkatkan kehidupan rohaniah manusia untuk senantiasa berbuat baik, sebagai
penjaga neraka, menyampaikan berita gembira kepada manusia yang berhak masuk
surga.[9]
Malaikat sangat banyak jumlahnya.
Mengenai berapa banyak jumlah malaikat tidak ada yang dapat mengetahui secara
pasti kecuali hanya Allah SWT, sebagaimana dalam firman-Nya:
Artinya: dan tiada Kami jadikan
penjaga neraka itu melainkan dari Malaikat: dan tidaklah Kami menjadikan
bilangan mereka itu melainkan untuk Jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya
orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah
imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al kitab dan orang-orang mukmin itu
tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan
orang-orang kafir (mengatakan): “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan
ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang
yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya.
dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. dan Saqar
itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (QS. Al-Muddatsir:31)
Akan tetapi, ada juga beberapa
keterangan yang menggambarkan akan banyaknya jumlah malaikat. Diantaranya
adalah sabda Rasulullah Saw pada hadits yang menerangkan peristiwa isra’ dan
mi’raj, yaitu ketika beliau melewati langit ke 7: “kemudian aku dinaikkan
ku baitul makmur dan tiba-tiba aku menemukan pada setiap hari ia dimasuki oleh
70.000 malaikat………(HR. Bukhari Muslim).
Dari Ibn Mas’ud diceritakan bahwa telah
bersabda Rasulullah saw: “Pada hari itu akan dimasukkan ke dalam neraka
jahannam 70.000 kelompok orang yang berdesakan, sedangkan untuk setiap kelompok
itu terdapat 70.000 malaikat yang menyeret…(HR Muslim, Tarmidzi).
Ulama mengatakan: wajib diketahui
diketahui dengan jelas sepuluh nama malaikat yang mempunyai tugas-tugas yang
tertentu, yaitu Jibril yang tugasnya menyampaikan wahyu, Mikail bertugas
mendatangkan rezeki, Israfil berugas meniup sangkakala, Izrail bertugas
mengurus perncabutan nyawa, Munkar dan Nakir bertugas menanyakan dan melakukan
pemeriksaan pada amal perbuatan manusia di alam kubur, Rakib dan Atid bertugas
mencatat amal perbuatan yang baik dan jahat manusia ketika masih hidup di
dunia, Ridwan bertugas menjaga surga, Malik bertugas menjaga neraka.
E. Makhluk
ghaib lainnya.
Selain malaikat, Allah juga menciptakan
makhluk ghaib lainnya seperti yang sering kita dengar atau kita ketahui yaitu
Jin, Iblis dan Setan.
Jin, iblis dan setan masih menyisakan
kontroversi hingga kini. Namun yang jelas, eksistensi mereka diakui dalam
syariat. Sehingga, jika masih ada dari kalangan muslim yang meragukan
keberadaan mereka teramat pantas jika diragukan keimanannya.[10]Dengan
adanya berbagai pendapat tentang Jin, iblis dan setan maka kami pemakalah
berusaha untuk mejelaskan tentang makhluk ghaib ini sesuai dengan apa yang kami
ketahui.
Firman Allah swt:
øÎ)ur $uZù=è% Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 (#rßßÚó$# tPyKy (#ÿrßyf|¡sù HwÎ) }§Î=ö/Î) tb%x. z`ÏB Çd`Éfø9$# t,|¡xÿsù ô`tã ÌøBr& ÿ¾ÏmÎn/u 3 ¼çmtRräÏGtFsùr& ÿ¼çmtFÍhèur uä!$uÏ9÷rr& `ÏB ÎTrß öNèdur öNä3s9 Brßtã 4 }§ø©Î/ tûüÏJÎ=»©à=Ï9 Zwyt/ ÇÎÉÈ َ
Artinya: dan (ingatlah) ketika Kami
berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah
mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai
perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil Dia dan turanan-turunannya sebagai
pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis
itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (QS.
Al-kahfi : 50)
Dari firman Allah diatas, maka dapat
kita ketahui bahwa sebenarnya iblis itu merupakan golongan jin yang dulunya
pernah berada di surga dan diciptakan sebelum terciptanya manusia. Asal usul
jin dan terciptanya jin sebelum manusia dapat kita ketahui berdasarkan firman
Allah Swt
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 9@»|Áù=|¹ ô`ÏiB :*uHxq 5bqãZó¡¨B ÇËÏÈ ¨b!$pgø:$#ur çm»uZø)n=yz `ÏB ã@ö6s% `ÏB Í$¯R ÏQqßJ¡¡9$# ÇËÐÈ ِ
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari
api yang sangat panas.” (Al-Hijr: 26-27)
Jin dicipatakan oleh Allah dari api yang
sangat panas, sedangkan iblis dan setan merupakan golongan dari jin. Kata iblis
berasal dari bahasa Arab Iblas yang artinya putus dari rahmat
atau kasih sayang Allah. Sedangkan kata setan berasal dari bahasa
arab syithana yang artinya jauh. Jadi, setan
artinya sangat jauh, yaitu sangat jauh dari kebajikan dan sangat dekat
dengan kejahatan.[11]
Setan sebenarnya dari nafsu jelek dari
manusia maupun Jin. Iblis adalah nama jin yang dulunya di Surga yang pernah
tidak menyukai Adam dan Hawa. Iblis adalah sebutan nama jin seperti nama orang.
Sedangkan Jin adalah bangsa jin yang dari keturunan Iblis seperti bangsa
manusia yang dari keturunan Adam dan Hawa.[12]
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan
yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa Malaikat adalah makhluk
Allah yang berjisim, tidak dapat dilihat, dirasa dan dilihat oleh mata yang
merupakan lasykar Allah atau bisa dikatakan para kabinet-kabinet Allah yang
memiliki tugas masing-masing.Malaikat tercipta dari cahaya, sedangkan jin
tercipta dari api yang sangat panas.
Jumlah para
malaikat sangat banyak dan tidak dapat diketahui jumlah keseluruhannya dan
malaikat tidak bertambah maupun berkurang, mereka tidak akan mati hingga hari
kiamat, tapi terdapat 10 malaikat yang mesti kita ketahui yaitu Jibril, Mikail,
Israil, Israfil, Munkar, Nakir, Atid, Raqib, Malik, Ridwan.
Malaikat tidak
pernah ingkar maupun membangkang terhadap Allah Swt, mereka selalu mengerjakan
perintah-Nya tanpa rasa lelah. Mereka juga tidak tidur, makan, minum atau lain
sebagainya yang dilakukan seperti manusia.
Iblis merupakan
golongan dari jin yang dulunya pernah tinggal di surga.
DAFTAR PUSTAKA
A
Zainuddin, S.Ag dan Muhammad Jamhari, S.Ag, AL-Islam 1 Aqidah dan
Ibadah, Pustaka Setia, Semarang 1998
Fathul
Baari, Juz: 6, penerbit as-Salafiyah
Bayumi, Muhammad,
Malaikat Langit dan Bumi, Cendekia Sentra Muslim, Cipinang Muara Jakarta, 2000
Nu’aim,
Muhammad, Rukun Iman, Jakarta : Asy Syaamil. 2002.
Soepardjo,
Drs. S.Ag dan Ngadiyanto, Drs., Mutiara akhlak dalam pendidikan agama islam, Tiga
Serangkai, Solo 2004
T.M.
Hasbi Ash Shiddieqy, Prof. Dr., Al-Islam 1, PT. Pustaka Rizki Putra,
Semarang, 1998
[1] Muhammad
Bayumi, Malaikat Langit dan Bumi, Cendekia Sentra Muslim, Cipinang Muara Jakarta
2000, h. 13
[2] Ibid
[3] Fathul
Baari, Juz: 6, h. 306, penerbit as-Salafiyah.
[4] Teungku Muhammad
Hasbi ash-Shiddieqy, Al-Islam 1, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang
1998, h. 196
[5] Drs. Soepardjo, S.Ag dan Drs Ngadiyanto, Mutiara akhlak dalam
pendidikan agama islam, Tiga Serangkai, Solo 2004, h. 45
[6] Teungku Muhammad Hasbi as-Shiddieqy, Op.cit, h. 196
[7] http://organisasi.org/definisi-pengertian-malaikat-sifat-dan-fungsi-iman-kepada-malaikat-allah-
swt-pendidikan-agama-islam
[9] A Zainuddin, S.Ag dan Muhammad Jamhari, S.Ag, AL-Islam 1
Aqidah dan Ibadah, Pustaka Setia, Semarang 1998, h.111
[11] A Zainuddin, S.Ag dan Muhammad Jamhari, S.Ag, Op. cit, h. 121
[12] Ibid, 122.
Comments
Post a Comment