ILMU AMTSALIL QUR’AN


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dan kemajuan berpikir manusia senantiasa disertai oleh wahyu yang sesuai dan dapat memecahkan problem – problem yang dihadapi oleh kaum setiap rosul saat itu. Sampai perkembangan itu mengalami kematangannya. Allah menghendaki agar risalah Nabi Muhammad SAW muncul di dunia ini. Maka diutuslah Beliau disaat manusia sedang mengalami kekosongan para rasul, untuk menyempurnakan”Bangunan” saudara-saudara pendahulunya ( Para Rasul ) dengan syariatnya yang universal dan abadi serta dengan kitab yang diturunkan kepadanya yaitu Al-Qur’an Al- Karim.
Dengan keistimewaan – keistimewaan yang tidak terdapat dalam kitab sebelumnya, Al-Qur’an melahirkan berbagai perspektif cabang ilmu tamtsil ( membuat pemisalan ) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup di dalam pikiran. Dan tamtsil adalah salah satu uslub Al-Qur’an dalam mengungkapkan berbagai penjelasan dan segi-segi kemukjizatannya.   

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah definisi Amtsalil – Qur’an dan bagaimanakah sejarahnya ?
b. Apa saja syarat dan rukun Amtsal ?
c. Ada berapa macam matsal Qur’an itu dan apa saja faedah – faedahnya ?

BAB II
PEMBAHASAN

  1.  PENGERTIAN AMTSALIL QUR’AN
            Menurut bahasa arti lafal amtsal ada 3 macam, yaitu:[1]
  1. Bisa berarti perumpamaan, gambaran atau perserupaan atau dalam bahasa arabnya
ﺒﻤﻌﻨﻰ ﺍﻟﻤﺜﻞﺍﻮﺍﻟﺸﱢﺒﻪ ﻮﺍﻟﻨﻈﻴﺮ
b.   Bisa dikatakan kisah atau cerita, jika keadaannya amat asing atau aneh
و يطلق ﺍﻟﻤﺜﻞ وا لشبه ﻋﻟﻰ ﺍﻟﻗﺼﱠﺔ ﺇﻦ ﻜﺎﻦ  ﻟﻬﺎ شا ن ﻮﻏﺮﺍﺒﺔ
  1. Bisa juga berarti sifat atau keadaan atau tingkah laku yang mengherankan pula, contohnya
ã@sW¨B Ïp¨Ypgø:$# ÓÉL©9$# yÏããr tbqà)­GßJø9$# ( !$pkŽÏù ֍»pk÷Xr& `ÏiB >ä!$¨B ÎŽöxî 9`Å#uä ֍»pk÷Xr&ur `ÏiB &ûtù©9 óO©9 ÷Ž¨tótGtƒ ¼çmßJ÷èsÛ Ö»pk÷Xr&ur ô`ÏiB 9÷Hs~ ;o©%©! tûüÎ/̍»¤±=Ïj9 ֍»pk÷Xr&ur ô`ÏiB 9@|¡tã y"|ÁB
Artinya: "(apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada beubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak beubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring"
Menurut istilah (terminologi), para ulama memberikan beberapa macam definisi Amtsalil Qur’an, antara lain sebagai berikut;[2]
a.       Ulama ahli ilmu adab mendefinisi kan Al-Amtsal, sebagai berikut :
ﻮﺍﻟﻤﺜﻞ ﻔﻰ ﺍﻷﺪﺐ ﻗﻮﻞ ﻤﺤﻜﻰﱞ ﺴﺎﺌﺭ ﻴﻘﺼﺪ ﺒﻪ ﺘﺸﺒﻴﻪ ﺤﺎﻞ ﺍﻠﺬﻯ ﺤﻜﻰ ﻔﻴﻪ ﺒﺤﺎﻞ ﺍﻠﺬﻯ ﻘﻴﻞ ﻻﺠﻠﻪ
Artinya:”Amtsal (perumpamaan) dalam ilmu adab ialah ucapan yang banyak disebutkan yang telah biasa dikatakan orang yang dimaksudkan untuk menyamakan keadaan sesuatu yang diceritakan dengan keadaan sesuatu yang akan dituju.”
b.    Istilah ulama ahli ilmu bayan mendefinisikan Al-Amtsal, sebagai berikut:
ﺍﻠﻤﺜﻞ ﻫﻭ المجاﺰﺍﻠﻤﺮﻜﱠﺐ ﻠﺫﻯ ﺘﻜﻭﻦ ﻋﻼ ﻘﺘﻪ ﺍﻠﻤﺸﺎﺒﻬﺔ
            Artinya;”Perumpamaan ialah bentuk majaz murokab yang kaitannya atau konteksnya ialah persamaan.”
c.   Para ulama yang lain memberikan definisi Matsal ialah mengungkapkan suatu makna abstrak yang dapat dipersonifikasikan dengan bentuk yang elok dan indah.
d.   Ulama ahli tafsir mendefinisikan Amtsal, sebagai berikut:
ﺍﻠﻤﺜﻞ ﻫﻭ ﺍﺒﺮﺍﺰﺍﻠﻤﻌﻨﻰ ﻔﻰ ﺼﻭﺮﺓ ﻤﻭﺟﺰﺓ ﻠﱠﻬﺎ ﻭﻗﻌﻬﺎ ﻔﻰ ﺍﻠﻨﱠﻔﺲ ﺴﻭﺃ ﻜﺎﻨﺖ ﺘﺸﺒﻴﻬﺎ ﺃﻭﻘﻭﻻ ﻤﺮﺴﻼ
            Artinya:”Matsal adalah menampakkan pengertian yang abstrak dalam ungkapan yang indah, singkay, dan menarik yang mengena didalam jiwa, baik dengan bentuk tasybih ataupun majaz mursal (ungkapan bebas).”
B.  CONTOH MATSAL DALAM AL – QUR’AN
     Yaitu pada surah Al-Baqarah ayat 15 :
BL༠íNõ3ç/ ÒôJãã öNßgsù Ÿw tbqãèÅ_ötƒ ÇÊÑÈ
Artinya: “ Mereka tuli, bisu dan buta[27], Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).”
Walaupun orang-orang munafiq itu panca indranya sehat, mereka tetap dipandang tuli, bisu, dan buta. Oleh karena tidak dapat menerima kebenaran meskipun sudah ada penjelasan tentang haq dan yang batil dari Al-Qur’an maupun Hadits. Hati mereka tetap saja beku, tidak mau menerimanya.[3]
C. SEJARAH MATSAL QUR’AN
Orang yang pertama kali mengarang Ilmu Amtsalil Qur’an ialah Syekh Abdur Rahman Muhammad bin Husein An–Naisaburi (wafat 406 H) dan dilanjutkan oleh Imam Abul Hasan Ali bin Muhammad Al–Mawardi (wafat 450 H), kemudian dilanjutkan Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin ibnul Qoyyim Al–Jauziyyah (wafat 754 H).
Imam Jalaluddin As-Suyithi (wafat 991 H) dalam bukunya Al-Itqan juga menyediakan satu bab khusus yang membicarakan Ilmu Amtsalil Qur’an dengan 5 pasal didalamnya.[4]


D. RUKUN dan SYARAT MATSAL
Didalam matsal, seperti halnya didalam tasybih haruslah terkumpul empat unsur, yaitu:
1.        Harus ada yang diserupakan atau al-musyabbah yaitu sesuatu yang akan diceritakan.
2.        Harus ada asal cerita atau al-mawrud atau al-musyabbah bih yaitu sesuatu yang dijadikan tmpat menyamarkan.
3.        Harus ada segi persamaannya atau wajh al-syabah yaitu arah persamaan antara kedua hal yang disamakan itu.
4.        Harus ada alat atau Adatus Tasybih.
Contohnya yaitu terdapat pada Q. S Al- Ankabut ayat 41:[5]
ã@sWtB šúïÏ%©!$# (#räsƒªB$# `ÏB Âcrߊ «!$# uä!$uŠÏ9÷rr& È@sVyJx. ÏNqç6x6Zyèø9$# ôNxsƒªB$# $\F÷t/ ( ¨bÎ)ur šÆyd÷rr& ÏNqãç6ø9$# àMøŠt7s9 ÏNqç6x6Zyèø9$# ( öqs9 (#qçR$Ÿ2 šcqßJn=ôètƒ ÇÍÊÈ
Artinya:”Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka Mengetahui.”


Para ahli bahasa Arab mensyaratkan bahwa syahnya amtsal haruslah memenuhi empat syarat sebagai berikut:[6]
  1. Bentuk kalimatnya harus ringkas
  2. Isi maknanya harus mengena dengan tepat.
  3. Perumpamaannya harus baik.
  4. Sampiran atau Kinayah-nya harus indah.
E. MACAM – MACAM AMTSAL dalam QUR’AN
            Amtsal di dalam Qur’an ada 3 macam, yaitu;
1.      Amtsal Musarrahah, ialah yang didalamnya dijelaskan dengan lafadz matsal atau sesuatu yang didalamnya menunjukkan tasybih. Amtsal seperti ini banyak ditemukan dalam Al-Qur’an seperti dalam surat Al-Baqarah ayat 17-20:[7]
öNßgè=sVtB È@sVyJx. Ï%©!$# ys%öqtGó$# #Y$tR !$£Jn=sù ôNuä!$|Êr& $tB ¼ã&s!öqym |=ydsŒ ª!$# öNÏdÍqãZÎ/ öNßgx.ts?ur Îû ;M»yJè=àß žw tbrçŽÅÇö6ムÇÊÐÈ BL༠íNõ3ç/ ÒôJãã öNßgsù Ÿw tbqãèÅ_ötƒ ÇÊÑÈ ÷rr& 5=ÍhŠ|Áx. z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# ÏmŠÏù ×M»uKè=àß Óôãuur ×-öt/ur tbqè=yèøgs ÷LàiyèÎ6»|¹r& þÎû NÍkÍX#sŒ#uä z`ÏiB È,Ïãºuq¢Á9$# uxtn ÏNöqyJø9$# 4 ª!$#ur 8ÝŠÏtèC tûï̍Ïÿ»s3ø9$$Î/ ÇÊÒÈ ßŠ%s3tƒ ä-÷Žy9ø9$# ß#sÜøƒs öNèdt»|Áö/r& ( !$yJ¯=ä. uä!$|Êr& Nßgs9 (#öqt±¨B ÏmŠÏù !#sŒÎ)ur zNn=øßr& öNÍköŽn=tæ (#qãB$s% 4 öqs9ur uä!$x© ª!$# |=yds%s! öNÎgÏèôJ|¡Î/ öNÏd̍»|Áö/r&ur 4 žcÎ) ©!$# 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« ֍ƒÏs% ÇËÉÈ   
Artinya:” Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, Maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat Melihat. Mereka tuli, bisu dan buta, Maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).  Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, Karena (mendengar suara) petir,sebab takut akan mati dan Allah meliputi orang-orang yang kafir. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” Dalam ayat tersebut Allah mengumpamakan orang-orang munafiq dengan dua perumpamaan yaitu diserupakan dengan api menyala (ﻜﻤﺜﻞ ﺍﻟﺬي ﺴﺘﻭ ﻘﺪﻨﺎﺮا  ) dan dengan air ( ﺃﻭﻜﺼﻴﱢﺐ ﻤﻦ ﺍﻠﺴﱠﻤﺎﺀ) yang didalamnya ada unsur kehidupan.
2. Amtsal Kaminah, yaitu yang didalamnya tidak disebutkan dengan jelas lafadz tansil (pemisalan) tetapi ia menunjukkan makna-makna yang indah, menarik, dalam kepadatan redaksinya dan mempunyai pengaruh tersendiri bila dipindahkan kepada yang serupa dengannya. Contoh ayat-ayat yang senada dengan perkataan yaitu:
ﺨﻴﺮ ﺍﻷﻤﻮﺮ ﺍﻠﻮﺴﻄ
Firman Allah mengenai sapi betina:
(#qä9$s% äí÷Š$# $uZs9 y7­/u ûÎiüt7ム$uZ©9 $tB }Ïd 4 tA$s% ¼çm¯RÎ) ãAqà)tƒ $pk¨XÎ) ×ots)t/ žw ÖÚÍ$sù Ÿwur íõ3Î/ 8b#uqtã šú÷üt/ y7Ï9ºsŒ ( (#qè=yèøù$$sù $tB šcrãtB÷sè? ÇÏÑÈ
Artinya:Mereka menjawab:" mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar dia menerangkan kepada Kami; sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".[8]
3. Amtsal Mursalah, yaitu kalimat-kalimat bebas yang tidak menggunakan lafadz tasybih secara jelas tetapi kalimat-kalimat itu berlaku sebagai matsal.[9]
Contoh:
a. ,ysø9$# }ÈysóÁym `»t«ø9$# Artinya: “Sekarang ini jelaslah kebenaran itu.” (Yusuf [12] : 51)

 b. }§øŠs9 $ygs9 `ÏB Èbrߊ «!$# îpxÿÏ©%x.  Artinya: “Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain dari Allah.” (An-Najm [53] : 58
F.  FAEDAH-FAEDAH AMTSAL
a. Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam bentuk rupa yang dapat dirasakan oleh panca indra.
b. Mengungkap hakikat-hakikat dan mengemukakan ssuatu yang jauh dari pikiran.
c. Mengumpulkan makna yang indah dalam suatu ibarat yang pendek.
Allah banyak menyebut amtsal didalam Al-Qur’an untuk pengajaran dan peringatan.
Allah SWT berfirman :Q.S Az-Zumar:27
ôs)s9ur $oYö/uŽŸÑ Ĩ$¨Y=Ï9 Îû #x»yd Èb#uäöà)ø9$# `ÏB Èe@ä. 9@sWtB öNßg¯=yè©9 tbr㍩.xtGtƒ ÇËÐÈ
Artinya: “Sesungguhnya Telah kami buatkan bagi manusia dalam Al Quran Ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran.”
















BAB III
KESIMPULAN

1.      Menurut bahasa arti dari lafal amtsal ada 3 macam yaitu,bisa berarti perumpamaan,bisa berarti kisah atau cerita jika keadaannya amat asing atau aneh, bisa berarti sifat. Sedangkan menurut istilah terdapat perbedaan pendapat.
2.      Rukun matsal ada empat unsur, yaitu Al-Musyabbah, Al-Musyabbah Bih, Wajh al-Syabah, Adatus Tasybih.
3.      Macam-macam amtsal didalam Al-Qur’an ada 3 macam,pertama Amtsal musarrah. Kedua, Amtsal Kaminah. Ketiga, Amtsal Mursalah.












DAFTAR PUSTAKA

Djalal, Abdul. 2008. Ulumul Qur’an. Surabaya. Dunia Ilmu.
Kauma, Fuad. Tamstil al-Qur’an. Yogyakarta. Mitra Pustaka.
Hadi, Abdul. ‘Ulum al-Qur’an 2. Surabaya. Biro Penerbitan dan Pengembangan Perpustakaan Fakultas Syariah Surabaya.
Khalil, Manna’ al-Qattan. 2001. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an. Bogor. Pustaka Litera Antar Nusa.
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rofi’i. 1997. Ulumul Qur’an II. Bandung. CV Pustaka Setia.












 



[1] Abdul Djalal, Ulumul Qur’an, ( Surabaya : Dunia Ilmu, 2008 ),309.
[2] Abdul Djalal, Ulumul qur’an, ( Surabaya : Dunia Ilmu, 2008 ), 310.
[3]  Fuad Kauma, Tamtsil Al – Qur’an, ( Yogyakarta: Mitra Pustaka,tt ), 314.
[4] Abdul Djalal, Ulumul qur’an, ( Surabaya : Dunia Ilmu, 2008 ), 314.
[5] Ahmad Syadali dan Ahmad Rofi’i, Ulumul Qur’an II, ( Bandung: CV Pusyaka Setia, 1997), 36.
[6] Abdul Hadi, ‘Ulum Al-Qur’an 2, (Surabaya: Biro Penerbitan dan Perkembangan Perpustakaan Fakultas Syariah Surabaya IAIN Sunan Ampel), 38.
[7] Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, ( Bogor: Pustaka Litera Antar  Nusa, 2001 ). 404.
[8] Ibid, 406.
[9] Ibid, 407.

Comments

Popular posts from this blog

INDIKATOR, DIMENSI, KONSEP, PROPOSISI DAN TEORI

PENILAIAN TES DAN NON-TES

PERBANDINGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN FILSAFAT PENDIDIKAN BARAT