MILIU MASYARAKAT dalam PENDIDIKAN ISLAM


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu upaya yang sangat mutlak dalam suatu kehidupan manusia, karena pendidikan merupakan faktor penting dan bermanfaat bagi kehidupan dalam upaya meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Kegiatan pendidikan di manapun berlangsung dalam suatu lingkungan tertentu, baik lingkungan yang berhubungan dengan ruang maupun waktu.
Lingkungan memberikan pengaruh terhadap perkembangan peserta didik. Pengaruh yang diberikan oleh lingkungan ada yang bersifat sengaja dan bersifat tidak sengaja. Artinya lingkungan tidak ada kesengajaan tertentu di dalam memberikan pengaruhnya kepada perkembangan anak didik. Ada tiga macam lingkungan, menurut tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan di mana pendidikan berlangsung agar dapat memberikan pengaruh yang positif kepada perkembangan anak didik, maka hendaknya kita usahakan sedemikian rupa sehingga masing-masing lingkungan senantiasa memberikan pengaruhnya yang baik.

B.  Rumusan Masalah
1.      Pengertian Masyarakat
2.      Hakikat Masyarakat dalam Pendidikan Islam
3.      Kedudukan dan Tanggung Jawab Masyarakat dalam Filsafat Pendidikan Islam





BAB II
PEMBAHASAN

A.  Pengertian Masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat dalam kesatuan negara, kebudayaan, dan agama yang memiliki cita-cita, peraturan-peraturann dan sistem kekuasaan tertentu.[1]
Masyarakat dapat juga diartikan sebagai institusi sosial yang mewadahi berbagai tindakan individu, mempersamakan persepsi tentang tujuan berkelompok dan melakukan tugas serta fungsi sosial sesuai dengan kesepakatan yang terjadi dilingkungan sosialnya masing-masing.
Dalam kehidupan masyarakat selalu terdapat proses kebudayaan yang interaktif, proses kebudayaan itu meliputi proses saling belajar dalam berbudaya melalui interaksi dalam masyarakat yang terorganisasi atau masyarakat yang kompleks.[2]
Dalam hal pendidikan, anak mendapatkan pendidikan didalam keluarga, sekolah maupun dalam masyarakat. Lembaga pendidikan juga dapat dikembangkan di masyarakat, tanpa terpaku lembaga-lembaga lainnya yang sifatnya formal. Pendidikan dalam masyarakat ini dapat memanfaatkan berbagai fasilitas umum yang dimiliki masyarakat, dengan perkembangan yang ada dapat mempermudah anak didik dan masyarakat dalam menerima dan menambah ilmu pengetahuan.[3]

B.     Hakikat Masyarakat Dalam Pendidikan Islam
Dalam kehidupan bermasyarakat corak ragam pendidikan yang dapat diterima anak didik banyak sekali, yang meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.[4] Pendidikan dalam masyarakat disini tidak terikat oleh ruang dan dimensi kelembagaan, kegiatan pendidikan dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja.[5]
Dalam persepektif Filsafat Pendidikan Islam, proses saling belajar yang dapat berlaku dilingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat merupakan perjalanan kebudayaan manusia dalam mencerdaskan dirinya, meningkatkan kesadarannya sebagai makhluk yang berbudi luhur, makhluk yang belajar memahami keinginan manusia yang beragam. [6]
Masyarakat adalah cermin bagi kehidupan manusia, secara filosofis belajar yang paling sempurna adalah belajar dari kehidupan masyarakat, sebagaimana Rasullullah SAW, menyarankan untuk belajar dari kehidupan pasar karena di pasar ada kejujuran, kebohongan, kegembiraan, kepedihan, dsb. Belajarlah pada kejujuran karena dengan itu modal masuk surga.
Dalam pendidikan Islam, tujuan utama yang diperoleh anak didik dibangku sekolah adalah agar dapat dimanfaatkan untuk kehidupan bermasyarakat. Belajar ilmu pengetahuan bertujuan untuk membentuk akhlak yang mulia sehingga dengan akhlak yang mulia akan terbangun masyarakat yang berakhlak mulia (insan kamil), karena kemuliaan masyarakat berawal dari kemuliaan akhlak individu-individu yang membangunnya.[7]
Secara umum tujuan pendidikan islam ialah manusia yang baik. Secara umum pula diketahui bahwa bila setiap orang sudah menjadi baik maka masyarakat akan menjadi masyarakat yang baik pula. Masyarakat yang baik disini salah satunya adalah masyarakat madani. Ciri dari masyarakat madani adalah masyarakat yang taat hukum dan cara menciptakan masyarakat yang taat hukum salah satunya adalah dengan melalui pendidikan, terutama sekali pendidikan formal. Orang yang taat hukum itu adalah orang yang kuat imannya. Orang yang kuat imannya itu adalah orang yang selalu merasa dilihat Allah. Jika orang selalu merasa dilihat Allah maka ia tidak berani melanggar hukum sekalipun tidak diketahui oleh penegak hukum. Jadi, dalam sekolah, pendidikan keimanan amatlah perlu dalam rangka menghasilkan lulusan masyarakat yang taat hukum.[8]

C.     Kedudukan Masyarakat dalam Pendidikan Islam
Kedudukan masyarakat dalam persepektif Filsafat Pendidikan Islam, diantaranya ialah:
·      Masyarakat adalah guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran dari setiap yang terjadi didalamnya.
·  Masyarakat adalah subjek yang menilai keberhasilan pendidikan.
· Masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah belajar diberbagai lingkungan.
·  Masyarakat adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan
· Masyarakat adalah etika dan estetika pendidikan karena norma-norma individu berproses menjadi norma sosial, dan norma sosial yang disepakati dalam masyarakat merupakan puncak estetika kehidupan. Tanpa ada norma sosial yang disepakati, sesungguhnya kehidupan tidak indah.[9]

Tanggung jawab masyarakat dalam pendidikan islam, diantaranya:
1.         Allah menjadikaan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan pelarang kemungkaran.
2.         Masyarakat sebagai sarana membina seseorang.
3.         Pendidikan dalam masyarakat dapat dilakukan dengan kerjasama yang utuh.
4.         Pendidikan masyarakat harus mampu mengajak generasi muda untuk memilih teman yang baik dan berdasarkan ketakwaan kepada Allah.[10]

Sistem pendidikan yang ada dalam masyarakat harus mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh masyarakat, baik kebutuhan duniawi maupun kebutuhan ukhrawi, karena masyarakat sebagai subjek sekaligus objek pendidikan berkewajiban mendukung sepenuh jiwa dalam mengembangkan kebutuhan fisik dan non fisik lembaga pendidikan, karena tanpa dukungan dari masyarakat lembaga pendidikan tidak akan mengalami kemajuan.[11]









KESIMPULAN

Masyarakat adalah kumpulan individu dan kelompok yang diikat dalam kesatuan negara, kebudayaan, dan agama yang memiliki cita-cita, peraturan-peraturann dan sistem kekuasaan tertentu.
Dalam kehidupan bermasyarakat corak ragam pendidikan yang dapat diterima anak didik banyak sekali, yang meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan, pembentukan pengetahuan, sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Kedudukan masyarakat dalam persepektif Filsafat Pendidikan Islam, diantaranya ialah:
§  Masyarakat adalah guru bagi semua manusia yang memiliki kemauan mengambil pelajaran dari setiap yang terjadi didalamnya.
§  Masyarakat adalah subjek yang menilai keberhasilan pendidikan.
§  Masyarakat adalah tujuan bagi semua anak didik yang telah belajar diberbagai lingkungan.
§  Masyarakat adalah cermin keberhasilan atau kegagalan dunia pendidikan
§  Masyarakat adalah etika dan estetika pendidikan karena norma-norma individu berproses menjadi norma sosial, dan norma sosial yang disepakati dalam masyarakat merupakan puncak estetika kehidupan. Tanpa ada norma sosial yang disepakati, sesungguhnya kehidupan tidak indah.













DAFTAR PSUTAKA

Abdurrahman An-Nahlawi. Pendidikan Islam: Di rumah, Sekolah dan masyarakat. (Jakarta:Gema Insani. 1995)
Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2008),h.93-97
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat. Ilmu Pendidikan Islam.(Bandung:Pustaka Setia.2009)
Hasan Basri. Filsafat Pendidikan Islam.(Bandung:Pustaka Setia.2009)
Mudyaharjo.Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar.(Bandung:Remaja Rosdakarya.2004)
Nizar,Samsul,Haji.Filsafat Pendidikan Islam:Pendekatan Historis,Teoritis dan Praktis.(Jakarta:Ciputat Pers.2002)
Zuhairini. Filsafat Pendidikan Islam.(Jakarta:Bumi Aksara,2008)



[1]Mudyaharjo,Filsafat Ilmu Pendidikan Suatu Pengantar,(Bandung:Remaja Rosdakarya.2004),h.34
[2] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung:Pustaka Setia,2009),h.47-48
[3] Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdhiyat, Ilmu Pendidikan Islam,(Bandung:Pustaka Setia,2009),h.264
[4] Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,2008),h.180
[5] Nizar,Samsul,Haji,Filsafat Pendidikan Islam:Pendekatan Historis,Teoritis dan Praktis, (Jakarta:Ciputat Pers,2002), h.183

[7] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam,h.48-49
[8] Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam,(Bandung:Remaja Rosdakarya,2008),h.93-97
[9] Hasan Basri, Filsafat Pendidikan Islam,h. 50-51
[10] Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam: Di rumah, Sekolah dan masyarakat, (Jakarta:Gema Insani, 1995), h.176-185
[11] Anas Saalahudin, Filsafat Pendidikan,(Bandung:Pustaka Setia,2011),h.166-167

Comments

Popular posts from this blog

INDIKATOR, DIMENSI, KONSEP, PROPOSISI DAN TEORI

PENILAIAN TES DAN NON-TES

PERBANDINGAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM DAN FILSAFAT PENDIDIKAN BARAT