Dinasti Mughal
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah
merupakan realitas masa lalu, keseluruhan fakta, dan peristiwa yang unik dan
berlaku. Hanya sekali dan tidak terulang untuk yang kedua kalinya. Oleh karena
itu, ada pandangan bahwa masa silam tidak perlu dihiraukan lagi, anggap saja
masa silam itu ”kuburan”. Pandangan ini tentu saja sangat subyektif dan
cenderung apriori sekaligus tidak memiliki argumentasi yang kuat. Tapi
bagaimanapun sebuah perirtiwa pada masa silam bisa dijadikan pandangan untuk
kehidupan yang akan datang agar lebih baik
Sejak
Islam masuk ke India pada masa Khalifah al-Walid dari Dinasti Bani Umayyah
melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim. peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di
anak benua India. Kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan
seluruh kekuasaan Hindu dan serta mengislamkan sebagian masyarakatnya India
pada tahun 1020 M. Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang
menguasai negeri India ini, seperti Dinasti Mamluk, Khalji, Tuglug, dan yang terakhir Dinasti Lodi yang
didirikan Bahlul Khan Lody.
Hadirnya
Kerajaan Mughal membentuk sebuah peradaban baru di daerah tersebut dimana pada
saat itu mengalami kemunduran dan keterbelakangan. Kerajaan Mughal yang
bercorak Islam mampu membangkitkan semangat ummat Islam di India.
Hal ini
menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India.
Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka
kerajaan ini justru bersinar dan berjaya. Keberadaan kerajaan ini dalam
periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah
sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Jelaskan
asal usul kerajaan Mughal di India!
2.
Siapa
Raja-raja Dinasti Mughal?
3.
Jelaskan
kemajuan-kemajuan Dinasti Mughal!
4.
Jelaskan
penyebab kemunduran Dinasti Mughal!
PEMBAHASAN
A. Asal Usul Kerajaan Mughal Di
India
Peta
dinasti mughal[1]
Kata
“Mughal” dalam bahasa Parsi adalah panggilan bagi bangsa Mongol dan turunan
Mongolia. [2]Dinasti Mughal (1256-1858 M) merupakan kekuasaan Islam
terbesar pada anak benua India, yang didirikan oleh Zahiruddin Babur
(1526-1530M), salah satu dari cucu Timur Lenk. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa
Ferghana, sedangkan ibunya adalah keturunan Jengis Khan. Kekuasaannya meliputi
daerah India, Pakistan, Bangladesh dan Kashmir sekarang. Babur mewarisi daerah
Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan
bertekad untuk menaklukan Samarkhand yang menjadi kota penting di Asia Tengah
pada masa itu.Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat
bantuan dari raja Safawi, Ismail I, akhirnya ia berhasil menaklukan Samarkhand
tahun 1492 M, dan pada tahun 1504 M Babur menduduki Kabul, ibukota
Afganistan. [3]
Setelah Kabul dapat ditaklukan, Babur meneruskan ekspansinya ke
India yang saat itu diperintah Ibrahim Lodi, yang sedang mengalami masa krisis,
sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim
Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, ia
meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim Lodi di Delhi.
Permohonan itu langsung diterimanya. Pada tahun 1525 M, Babur berhasil
menguasai Punjab dengan ibu kotanya Lahore. Setelah itu, ia memimpin tentaranya
menuju Delhi. Pada tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang
dahsyat di Panipat antara Ibrahim Lodi dan Zahiruddin Babur, yang terkenal
dengan pertempuran Panipat I. Ibrahim Lodi terbunuh dan kekuasaannya berpindah
ke tangan Babur, Sejak itulah berdiri dinasti Mughal di India, dan Delhi
dijadikan ibu kotanya. [4]
B. Raja-raja
Mughal
Selama masa pemerintahannya
Kerajaan Mughal dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja-raja yang sempat
memerintah adalah:
1. Zahiruddin Muhammad Babur (1526-1530) adalah : Raja
pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan
untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih
menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak
menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu segera menyusun kekuatan
gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran.
Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan
Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur
dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529[5].
Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 Babur meninggal dunia.
2.
Humayun (1530-1556), Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan
oleh anaknya yang bemama Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari
seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai
masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan
Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia
berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang
bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 Humayun mengalami
kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Ia
melarikan diri ke Persia.[6]
Di
pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh
penguasa Safa¬wiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun
kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali
kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan ke¬kuatan Khan
Syah. Setahun kemudian, yakni pada tahun 1556 Humayun meninggal. Ia digantikan
oleh putranya Akbar
3. Akbar (1556-1605), Pengganti Humayun
adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai
masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di
India. Ketika menerima tahta kera¬jaan ini Akbar baru berusia 14 tahun,
sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang
penganut Syi’ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan
sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih ber¬kuasa di Punjab.
Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang
dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak
berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut
sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556
M. Himu dapat dikalah¬kan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian,
Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh. Setelah Akbar dewasa ia berusaha
menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan
terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi’ah. Bairam Khan memberontak, tetapi
dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur
tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi,
Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan,
Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu
diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.[7]
Keberhasilan
ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar.
Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota
Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal.
Menurut Abu Su’ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan
Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu
menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang
membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di
India.
4. Jahangir (1605-1627), putera Akbar. Jahangir penganut
ahlussunnah wal jamaah. Pemerintahan Jahangir juga diwarnai dengan
pemberontakan, seperti pemberontakan di Ambar yang tidak mampu dipadamkan.
Pemberontakan juga muncul dari dalam istana yang dipimpin oleh Kurram,
puteranya sendiri. Dengan bantuan panglima Muhabbat Khar, Kurram menangkap dan
menyekap Jahangir. Tetapi berkat usaha permaisuri, permusuhan ayah dan anak
dapat didamaikan. Akhirnya setelah Jahangir meninggal, Kurram naik tahta
dan bergelar Muzaffar Shahabuddin Muhammad Shah Jehan Padshah Ghazi. [8]
5. Syah
Jihan
(1628¬-1658) tampil meggantikan Jihangir. Shah Jehan (1627-1658 M), pemerintahannya diwarnai
dengan timbulnya pemberontakan dan perselisihan di kalangan keluarganya
sendiri. Seperti dari ibunya, adiknya Syahriar yang mengukuhkan dirinya sebagai
kaisar di Lahore. Namun pemberontakan itu dapat diselesaikannya dengan baik.
Pada tahun 1657 M, Shah Jehan jatuh sakit dan mulai timbullah perlombaan
dikalangan anak-anaknya, karena saling ingin menjadi kaisar. Dalam pertarungan
itu, Aurangzeb muncul sebagai pemenang karena telah berhasil mengalahkan
saudara-saudaranya Dara, Sujak, Murad. [9]
6. Aurangzeb adalah sultan Mughal besar terakhir yang memerintah mulai tahun
1658-1707 M. Dia bergelar Alamgir Padshah Ghazi. Dia adalah penguasa yang
berani dan bijak. Kebesarannya sejajar dengan Akbar, pendahulunya. Di akhir
pemerintahannya dia berhasil menguasai Deccan, Bangla dan Aud. Sistem yang
dijalankan Aurangzeb banyak berbeda dengan pendahulunya. Kebijakan-kebijakan
yang telah dirintis oleh raja-raja sebelumnya banyak diubah, khususnya yang
menyangkut hubungan dengan orang Hindu. Aurangzeb adalah penguasa Mughal yang
membalik kebijakan konsiliasi dengan Hindu. Diantara kebijakannya adalah
melarang minuman keras, perjudian, prostitusi dan penggunaan narkotika ( 1659
M). Tahun 1664 dia juga mengeluarkan dekrit yang isinya tidak boleh memaksa
wanita untuk satidaho, yaitu pembakaran diri seorang janda yang ditinggal mati
suaminya, tanpa kemauan yang bersangkutan. Akhirnya praktek ini dihapus secara
resmi pada masa penjajahan Inggis. Aurangzeb juga melarang pertunjukan musik di
istana, membebani non muslim dengan poll-tax, yaitu pajak untuk mendapatkan hak
memilih ( 1668 M), menyuruh perusakan kuil-kuil Hindu dan mensponsori
pengkodifikasian hukum Islam yang dikenal dengan Fatawa Alamgiri. Tindakan Aurangzeb di atas menyulut kemarahan orang-orang Hindu.
Hal inilah yang akhirnya menimbulkan pemberontakan di masanya. Namun karena
Aurangzeb sangat kuat, pemberontakan itu pun dapat dipadamkan. Meskipun pemberontakan–pemberontakan
tersebut dapat dipadamkan, tetapi tidak sepenuhnya tuntas. Hal ini terbukti
ketika Aurangzeb meninggal (1707 M), banyak wilayah-wilayah memisahkan diri
dari Mughal dan terjadi pemberontakan oleh golongan Hindu. Setelah Aurangzeb meninggal ( 1707 M), maka dinasti Mughal ini
dipimpin oleh sultan-sultan yang lemah yang tidak dapat mempertahankan
eksistensi kesultanan Mughal. Adapun penguasa-penguasa Mughal sesudah Aurangzeb
antara lain : Bahadur Syah I( 1707-1712 M), Jihandar Syah ( 1712-1713 M),
Farruk Siyar (1713-1719 M), Muhammad Syah ( 1719-1748 M), Ahmad Syah (1748-1754
M), Alamgir II (1754-1759 M), Syah Alam (1759-1806 M), Akbar II ( 1806-1837 M),
Bahadur Syah II ( 1837-1858 M). [10]
1. Bidang Pemerintahan dan
Sosial- Politik
Sistem pemerintahan Dinasti
Mughal adalah militeristik. Pemerintah pusat dipegang oleh sultan yang bersifat
diktator. Pemerintah daerah dipegang oleh sipah salar atau kepala komandan,
sedangkan sub distrik dipegang oleh faudjar (komandan). Jabatan-jabatan sipil
juga memakai jenjang militer dimana para pejabatnya diwajibkan mengikuti
latihan militer.
Sistem yang menonjol adalah
politik “Sulakhul” atau toleransi universal. yang diterapkan oleh Akbar. Dengan
politik ini semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan Karena
perbedaan etnis dan agama. Secara umum politik “Sulakhul” ini berhasil
menciptakan kerukunan masyarakat India yang sangat beragam suku dan
keyakinannya. Lembaga yang merupakan produk dari sistem politik “Sulakhul”
adalah terciptanya Din Ilahi, yaitu menjadikan semua agama yang ada di India
menjadi satu. Tujuannya adalah kepentingan stabilitas politik. Dengan adanya
penyatuan agama ini diharapkan tidak terjadi permusuhan antar pemeluk agama.
Untuk merealisasikan ajarannya Akbar mengawini putri Hindu sebanyak dua kali,
berkhutbah dengan menggunakan simbol Hindu, melarang menulis dengan huruf Arab,
tidak mewajibkan khitan dan melarang menyembelih atau memakan daging sapi.
Usaha lain Akbar adalah membentuk mansabdharis, yaitu lembaga public service
yang berkewajiban menyiapkan segala urusan kerajaan, seperti menyiapkan
sejumlah pasukan tertentu. Lembaga ini merupakan satu kelas penguasa yang
terdiri dari berbagai etnis yang ada, yaitu Turki, Afghan, Persia Dan Hindu.
2. Bidang Ekonomi dan Keuangan
Tidak ada
suatu kemajuan pun yang bisa dicapai oleh suatu pemerintahan, tanpa ditopang
dengan ekonomi serta keuangan yang kuat. Karena itulah, para sultan Mughal
sangat memperhatikan hal tersebut. Untuk itu, maka dikenakan pajak atas tanah,
bea cukai dan lain-lain.
Selain
itu Kontribusi Mughal di bidang ekonomi adalah memajukan pertanian terutama
pertanian untuk tanaman padi, kacang, tebu, rempah-rempah, tembakau dan kapas.
Pemerintah membentuk lembaga khusus untuk mengatur masalah pertanian. Wilayah
terkecil disebut deh, dan beberapa deh tergabung dalam Pargana (Kawedanan).
Setiap komunitas petani dipimpin oleh Mukaddam. Melalui Mukaddam inilah
pemerintah berhubungan dengan petani.
Di
samping pertanian, pemerintah juga memajukan industri tenun, yang mana
kerajinan tenun berkembang menjadi pabrik tekstil pada masa Aurangzeb. Hasil
industri ini banyak di ekspor ke luar negeri seperti Eropa, Arab, Asia Tenggara
dan lain-lain. Rempah-rempah, opium, gula, bubuk sodium, wool, parfum dan
lain-lain juga merupakan barang-barang produksi Mughal yang menjadi komoditi
ekspor dan menambah sumber keuangan Mughal. Pada masa Jahangir, banyak investor
asing yang diizinkan menanamkan investasinya, seperti mengizinkan Inggris dan
Belanda mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat.
3. Bidang Intelektual (
Pendidikan dan Pengetahuan)
Dinasti Mughal juga banyak
memberikan sumbangan di bidang ilmu pengetahuan. Sejak berdiri dinasti ini
banyak ilmuwan yang datang ke India untuk menuntut ilmu pengetahuan, bahkan
istana Mughal pun menjadi pusat kegiatan kebudayaan. Hal ini karena adanya
dukungan dari penguasa dan bangsawan serta ulama. Aurangeb misalnya, memberikan
sejumlah besar uang dan tanah untuk membangun pusat pendidikan di Lucknow,
Akbar juga menghibahkan sekolah dan perpustakaan .
Pada masa Mughal, tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Shah Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan dipegang oleh Aurangzeb. Di bidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan fatawa I Alamgiri.
Pada masa Mughal, tiap-tiap masjid memiliki lembaga tingkat dasar yang dikelola oleh seorang guru. Pada masa Shah Jehan didirikan sebuah perguruan tinggi di Delhi. Jumlah ini semakin bertambah ketika pemerintahan dipegang oleh Aurangzeb. Di bidang ilmu agama berhasil dikodifikasikan hukum Islam yang dikenal dengan sebutan fatawa I Alamgiri.
Selain hal di atas, banyak juga
dibangun sekolah-sekolah atau madrasah pada masa ini, disertai dengan corak
sekolah yang berbeda, baik dikarenakan perbedaan mazhab maupun disebabkan
kekhususan ilmu, Seperti madrasah Rahimiyah di Deobond dengan mata kuliah pokok
tafsir, hadis dan fiqih. Selain itu dibangun juga perpustakaan, seperti di Agra
yang pada tahun 1641 telah memiliki 24.000 buku. Akibat dari banyaknya sekolah
yang dibangun, maka banyak lahir para ahli intelektual, atau
pengarang-pengarang seperti dalam bidang politik, filsafat, hadis, qur’an,
tasawuf, at-thib ( ilmu kedokteran ), ilmu pasti, ilmu peperangan, ilmu
teknik.
Dokter-dokter pengarang besar
abad 17 pada masa Mughal India adalah Dara Shukuh yang mengarang kedokteran
Dara Shukuh, yang merupakan ensiklopedi medis besar terakhir dalam Islam. Ia
juga dikenal sebagai seorang sufi.
Ilmu medis Islam terus berkembang
di India sepanjang abad 12 H/ 18 M, seperti skala kedokteran yang dibuat oleh
Muhammad Akbar Syah Arzani dari Shiraz. Dengan kehadirannya ilmu medis India/
Islam yang merupakan ilmu medis yang berbentuk filosofi medis ( memakai
pendekatan kepada Allah) hidup bersaing dengan ilmu medis modern Eropa.
Di samping banyak madrasah dan
ulama lahir pula Mausu’at dan Majmu’at ( Buku kumpulan berbagai ilmu dan
masalah, seperti ensiklopedi).
4. Bidang Arsitektur, Bahasa dan
Sastra
Hasil
karya seni dan arsitektur Mughal sangat terkenal dan bisa dinikmati sampai
sekarang. Ciri yang menonjol dari arsitektur Mughal adalah pemakaian ukiran dan
marmer yang timbul dengan kombinasi warna-warni. Bangunan yang menunjukkan ciri
ini antara lain: benteng merah (Lah Qellah), istana-istana, makam kerajaan dan
yang paling mengagumkan adalah Taj Mahal di Agra. Istana ini merupakan salah
satu dari tujuh keajaiban dunia yang dibangun oleh Shah Jehan khusus untuk
istrinya Momtaj Mahal yang cantik jelita. Bangunan lain yang bermotif sama
adalah Masjid Raya Delhi yang berlapis marmer, sebuah istana di Lahore, istana
Fatpur Sikri di Sikri, masjid Moti “ masjid Mutiara” di Agra, yang seluruhnya
terbuat dari marmer dan dipahatkan Al-qur’an didalamnya dengan mempergunakan
marmer hitam.
Bidang
sastra juga menonjol. Banyak karya sastra yang digubah dari bahasa Persia ke
bahasa India. Pada masa Akbar berkembang bahasa Urdu, yang merupakan perpaduan
antara bahasa Persia dan Hindi asli. Bahasa Urdu pernah dijadikan bahasa ilmu
pengetahuan diantaranya karangan Ikhwanus Shofa di salin ke dalam bahasa Urdu
oleh Ikrom Ali. Bahasa Urdu ini kemudian banyak dipakai di India dan Pakistan
sekarang. Sastrawan Mughal yang terkenal adalah Malik Muhammad Jayashi, dengan
karya monimentalnya Padmavat, sebuah karya alegoris yang mengandung kebajikan
jiwa manusia. Sastrawan lain adalah Abu Fadhl yang juga sejarawan. Karyanya
berjudul Akbar Nama dan Ain-I-Akhbari, yang mengupas sejarah Mughal berdasarkan
figur pimpinannya.
D. Kemunduran Dinasti Mughal Di
India
Ada
bebrapa faktor juga yang menyebabkan kekuasaan dinasti mughal mundur pada satu
setengah abad terakhir dan membawa kepada kehancuran pada tahun 1858 M, yaitu :
[12]
1. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik , yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara
2. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.
3. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
4. terjadi stagnasi dalam pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di wilayah-milayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritimMughal.
1. Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elit politik , yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang negara
2. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga konflik antar agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.
3. Semua pewaris tahta kerajaan pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan
4. terjadi stagnasi dalam pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di wilayah-milayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritimMughal.
5.Seringnya terjadi
perebiyan kekuasaan di kalangan elite politik.
KESIMPULAN
1. Awal berdirinya kerajaan Mughal
seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Safawi. Jadi, di antara tiga
kerajaan besar Islam tersebut, kerajaan inilah yang termuda. Kerajaan Mughal bukanlah
kerajaan Islam pertama di anak benua India.
2.
Adapun urutan-urutan penguasa kerajaan Mughal dari awal sampai akhir sebagai
berikut:
- Zahiruddin
Babur (1482-1530 M)
- Humayun
(1530-1539 M)
- Akbar Syah
I (1556-1605 M)
- Jehangir
(1605-1628 M)
- Syah Jehan (1628-1658
M)
- Aurangzeb
(Alamgir I) (1658-1707 M)
- Muazzam
(Bahadur Syah I) (1707-1712 M)
- Azimus Syah
(1712 M)
- Jihandar
Syah (1712 M)
- Farukh
Siyar (1713-1719 M)
- Muhammad
Syah (1719-1748 M)
- Ahmad Syah
(1748-1754 M)
- Alamghir II
(1754-1759 M)
- Syah Alam
II (1759-1806 M)
- Akbar II
(1806-1837 M)
- Bahadur
Syah II (1837-1858 M)
3.Kemajuan Yang
Dicapai Pada Masa Dinasti Mughal
1.
Bidang Pemerintahan dan Sosial- Politik
2. Bidang Ekonomi dan Keuangan
3.
Bidang Intelektual ( Pendidikan dan Pengetahuan)
4.
Bidang Arsitektur, Bahasa dan Sastra
4.
Kemunduran Dinasti Mughal Di India
1. Kemerosotan moral dan hidup
mewah dikalangan elit politik , yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan
uang Negara.
2. Pendekatan Aurangzeb yang
terlampau ”kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan sehingga konflik antar
agama sangat sukar diatasi oleh sultan sesudahnya.
3. Semua pewaris tahta kerajaan
pada paruh terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan.
4. terjadi stagnasi dalam
pembinaan militer sehingga oprasi militer inggris di wilayah-milayah pantai
tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritimMughal.
5. Seringnya terjadi perebiyan
kekuasaan di kalangan elite politik.
DAFTAR PUSTAKA
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada), 2008
Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam,
(Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press), 2009
[1]http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.sscnet.ucla.edu/southasia/History/Mughals/mughals.html
[2]
http://gulu-adi.blogspot.com/2011/06/dinasti-mughal.html
[3]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam,(Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada,2008), 147
[4]
ibid.
[5]
Ibid.148
[6]
Ibid.
[7]
Ibid. 149
[8]
Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press,2009)243
[9]
http://gulu-adi.blogspot.com/2011/06/dinasti-mughal.html
[10]
Ibid.
[11]
Ibid.
[12]
Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam,246
Comments
Post a Comment