Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Ulmul Qur’an
PENDAHULUAN
- LATAR BELAKANG
Pada zaman dahulu pada masa Nabi dan
sahabat – sahabat Nabi itu sebagai orang Arab murni mempunyai keistimewaan
arabiah yang tinggi dan kelebihan – kelebihan lain yang sempurna. Mereka
mempunyai kekuatan menghafal yang sangat hebat, otak yang cerdas, daya tangkap
yang tajam terhadap keterangan dan dalam segala bentuk rangkaian atau susunan
kalimat. Karena itu, sahabat tidak memerlukan pembukuan Ulumul Qur’an. Hal ini
jauh berbeda dengan zaman sekarang yang selalu mebutuhkan semua cabang ilmu
dari Ulumul Qur’an.
Oleh karena keadaan yang seperti dulu
pada abad I H itu menyampaikannya Islam dan ajaran – ajarannya, Al - Qur’an dan
ilmu – ilmunya itu dilaksanakan dengan cara pengajaran lisan, bukan dengan
tulisan / pembukuan. Adapun setelah itu barulah muncul yang namanya istilah
Ulumul Qur’an
- RUMUSAN MASALAH
1.
Bagaimana
Sejarah Pertumbuhan Ulumul Qur’an ?
2.
Kapan
lahirnya istilah Ulumul Qur’an ?
Bab II
PEMBAHASAN
A. Ulumul Qur'an pada Masa
Nabi dan sahabat
Pada masa Nabi dan
pemerintahan Abu Bakar dan Umar, ilmu – ilmu Al-Qur'an belum dibukukan, karena umat Islam belum memerlukannya.
Sebab umat islam pada waktu itu adalah
sahabat Nabi yang sebagian besar terdiri dari bangsa Arab asli ( suku Quraisy dan
sebagainya ), sehingga mereka mampu memahami Al – Qur'an dengan baik, karena
bahasa Al-Qur'an adalah bahasa mereka sendiri dan mereka mengetahui sebab – sebab turunnya ayat – ayat Al-Qur'an.[1] Masa sebelum pembukuan Rasul, para
sahabat mengetahui al-Qur’an dan ilmunya, tetapi pengetahuan mereka tidak begitu
jelas pada saat itu, karena al-Qur’an tidak terkumpul dalam satu kitab,dan
tidak ada alasan pada saat itu untuk pembukuan al-Qur’an. Adapun Rasul SAW,
beliau menerima langsung dari Allah dan menetapkan pada jiwa Rasul.
Kemudian Rasul menyampaikan apa yang
telah diturunkan kepada-Nya dan menyampaikan pada sahabat-Nya. Rasul membacakan
kepada manusia sesuai kebutuhannya,dan mereka menghafalkan lafadnya dan
memahami kesiriannya. Kemudian Rasul menjelaskan al-Qur’an kepada mereka dengan
ucapan-Nya, perbuatan-Nya, dengan ketetapan-Nya, dan dengan budi pekerti-Nya. [2]
B.
Perintis dasar Ulumul Qur'an.
a) Perintis dasar ulumul
Qur'an.
Pada masa
pemerintahan Utsman, ketika bangsa Arab mulai mengadakan kontrak pergaulan rapat dengan
bangsa non-Arab mulai terlihatnya ada perselisihan dikalangan ummat Islam, terutama
mengenai pembacaan AI-Qur'an. Khalifah Utsman mengambil tindakan
penyeragaman al-Qur'an dan untuk menjaga persatuan umat Islam. Khalifah Utsman
pun memerintahkan kepada para
sahabat dan umat Islam supaya berpegang kepada Mushaf al-qur'an yang
telah diseragamkan itu,lalu mushaf itu digandakan dan disebarkan ke berbagai
kota besar, dan satu mushhaf disimpan khalifah sebagai Mushaf
al-imam. Tindakan utsman ini merupakan peletakan baru
pertama bagi berkembang dan tumbuhnya ilmu yang kemudian dinamai
ilmu rasmil Qur’an atau ilmu rasmil utsmany.[3]
Kemudian datanglah
pemerintahan Ali bin Abi thalib. Beliau memeperhatikan orang –
orang asing yang suka menodai kemurnian bahasa arab. Sebab, beliau sering mendengarkan sesuatu yang menimbulkan
kerusakan bahasa arab. Beliau
khawatirkan tejadi kerusakan bahasa Arab itu. Karena itu, beliau memerintahkan Abdul Aswad Ad-Duali untuk
membuat sebagian kaidah – kaidah guna memelihara kemurnian bahasa arab sebagai bahasa
Al-Qur'an dari permainan dan kerusakan
orang – orang yang jahil. Abu Aswad menulis pedoman – pedoman serta
aturan – aturan dalam bahasa Arab.[4]
Dengan, demikian
khalifah Ali bin Abi Thalib telah meletakkan dasar pertama
terhadap ilmu, yang sekarang terkenal dengan nama Ilmu Nahwu atau Ilmu
I'rabil Qur'an. Setelah Ali maka habislah masa Khulafaur Rasyidin dan datanglah
masa pemerintahan Bani Umayah. Dalam masa ini, cita – cita para sahabat
dan tabi'in besar ditujukan untuk menyebar luaskan Ulumul Qur'an dengan riwayat dan
pengajaran langsung, tidak dengan tulisan dan pembukuan.[5]
Selain Utsman dan Ali, masih terdapat
banyak ulama yang diakui sebagai perintis bagi kelahiran ilmu yang kemudian dinamai
ilmu Tafsir, Ilmu Asbabun Nuzul, Ilmu Makkiwal Madani, Ilmu Nasikh wal
Mansukh, dan Ilmu Garibul Qur'an.[6]
Adapun tokoh – tokoh yang
meletakkan batu pertama untuk lahirnya ilmu – ilmu Al-Qur'an tersebut
adalah sebagai berikut:
1) Dari kalangan sahabat:
khalifah empat, ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Zaid bin Tsabit, Ubay bin ka'ab, Abu Musa
Al-Asy'ari, dan ibnu al-Zubair
2) Dari kalangan Tabi'in:
Mujahid, Atha' bin Abi Rabah, Ikrimah Maula Ibnu Abbas, Qatadah, Al-Hasan Al-Bashri, Said bin
Zuber dan Zaid bin Aslam.
3) Dari kalangan tabi' al-
tabi'in : Malik bin Anas.
b) Pembukuan Tafsir Al-Qur'an.
Setelah dirintis dasar – dasar Ulumul
Qur'an sate persatu seperti penjelasan tersebut,
kemudian datangalah masa pembukuan cabang – cabang Ulumul Qur'an. Pertama
kali adalah pembukuan Tafsir Al-Qur'an. Sebab, Tafsir Al-Qur'an itu dianggap sebagai induk dari ilmu – ilmu Al-Qur'an
lainnya. Orang pertama yang mengarang tafsir adalah Syu'bah bin Hajjaj( wafat 160 H),
Sufyan bin Uyainah ( Wafat 198 H ), dan Waki' bin Jarrah ( wafat 197 H ). Mereka termasuk ulama abad ke-II. Tafsir yang
mereka tulis itu berupa koleksi pendapat –pendapat sahabat dan tabi'in yang kebanyakan belum
dicetak, sehingga tidak sampai
pada generasi sekarang. Kemudian muncul Ibnu jarir Ath-thabari yang mengarang
kitab Tafsir Ath-Thabari yang bernama Jaami'ul Bayaan fi
Tafsiiril Qur'an. Tafsir Ath-Thabari itu merupakan kitab tafsir yang
paling besar dengan memakai metode
muqaraun ( kompetitif ). Sebab, beliau adalah orang pertama yang menafsirkan
ayat – ayat Al-Qur'an dengan mengemukakan pendapat – pendapat para
ulama, dan membanding pendapat sebagian mereka dengan pendapat sebagian yang lain. [7]
Dari perkembangan kitab – kitab tafsir, sejak dimulai usaha
penyusunan tafsir-tafsir al-Qur'an sejak pemulaan abad II H sampai sekarang. Kita
dapat mengetahui bahwa disamping ada ulama – ulama yang menafsirkan al-Qur'an dengan
pola tafsir riwayah atau bi al-manqul, ada yang menafsirkannya dengan pola tafsir
dirayah atau bi al-ra 'yil bi al-Maqul[8]
C) Perkembangan cabang – cabang
ulumul Qur’an yang lainnya.
Pada abad III H
selain tafsir dan ilmu tafsir, para ulama mulai menyusun pula beberapa ilmu Al-Qur'an yaitu
Ø Ali bin Al-Madini ( wafat 234 H)
menyusun Ilmu Asbabun NuzuL
Ø Abu Ubaid Al-Qasim bin Salam menyusun
Ilmu Nasikh wal Mansukh dan Ilmu Qiraat.
Ø Muhammad bin
Ayyub Al-Dhirris (wafat 294 H) menyusun Ilmu Makki wal Madani.
Ø Muhammad bin
Khlaf Al-Marzuban ( wafat 309 H ) menyusun kitab, Al-Hawifi Ulumil Quran (2 7juz). [9]
Sedang pada abad IV H, ada lima ulama
yang giat mengarang Ulumul Qur'an dan menyusun kitab - kitabnya yaitu Abu Bakar As – Sijistani ( 330
H ) mengarang kitab: ilmu Gharibil Qur'an,
Abu bakar bin Qasim Al-Ambari ( 328 H ) menyusun kitab: 'ajaibu 'ulumil Qur'ani, Abu Hasan Al-Asy'ari (
324 H ) menulis kitab : Al-Muhtazan
fi Ulumil Qur'ani, Abu Muhammad bin Ali AlKarakhi ( 360 H )menulis kitab: Naktul
Qur'ani Ad-Dallatu 'Alai Bayani Fi Anwaa'd 'Nuumi wal Ahkami, Muhammad
bin Ali Al-Adwafi ( 388 H ) mengarang kitab: Al-Istighnau Fi ‘ulumil
Qur'ani yang terdiri dari 20jilid.[10]
Pada abad V mulai disusun ilmu I'rabil
Qur'an dalam satu kitab. Disamping itu, penulisan kitab – kitab, dalam
Ulumul Qur'an masih terus dilakukan oleh Ulama pada masa ini. Adapun ulama,
yang bejasa dalam pengembangan umul Qur’an pada abad V antara lain adalah
§ Ali
bin Ibrahim bin Sa'id Al Khufl( wafat 430 H)
selain mempelopori penyusunan Ilmu
Frabil Qur'an, beliau juga menyusun kitab Al-Burhan Fi Ulumil Qur'an.
§ Abu
'Amr Al-Dani ( wafat 444 H) menyusun kitab Al-Taisir
Fil Qiroatis
Sab’I dan kitab Al-Muhkam Fi al-Nuqoti [11].
Pada abad VI H di samping banyak ulama yang
melanjutkan pengembangan `ulum al-Qur'an juga terdapat ulama yg mulai
menyusun ilmu mubhahamat Al-Qur'an diantaranya:
Ø Abul
Qasim Abdurrahman Al-Suhaily lebih dikenal dengan al-Suhaily ( wafat 581 H) Menyusun
kitab tentang Mubhamat al-Qur'an ( menjelaskan
maksud lafadz – lafadz al-Qur'an yang mubham tidak jelas apa atau siapa yang dimaksud ).
Ø
Ibn Al-Jauzi ( wafat 597 H)
menyusun kitab yang berjudul Funun alAfnan Fi 'Ajaib Al-Qur'an
dan
kitab al-Mujtaba Fi 'Hum
tata'allaqu bi al-Qur'an. [12]
Pada abad VII H, ilmu – ilmu al-Qur'an terus
berkembang dengan mulai tersusunya ilmu Majaz AI-Qur'an dan Ilmu
Qira'at AI-Qur'an. Diantara ulama abad VII yang besar andilnya terhadap ilmu
– ilmu Al-Qur'an antara lain
Ø 'Allamuddin
al-Sakhawy ( wafat 643 H) menyusun Ilmu Qira'at
dalam kitabnya berjudul Jamal
al-Qurra' wa kama-1 al-Iqra'.
Ø Abu Syamah ( wafat 655 H)
menyusun kitab al-Mursyid al-Wajiz fi maYata ‘allaqu bi al-Qur’an.
Ø Ibnu abd al-salam
terkenal dengan nama al-Izz ( wafat 660 H) mempelopori penulisan ilmu. Majaz al-Qur'an dalam satu kitab.[13]
Pada abad VIII H, muncul
beberapa ulama yg menyusun ilmu-ilmu baru tentang al-qur'an,dan di
abad ini penulis kitab-kitab tentang 'ulum al Qur'an masih bejalan terus. Di antara mereka ialah;
Ø Ibnu
Abil ishba' menyusun ilmu Badai' al-qur'an , suatu ilmu yg membahas
macam – macam badi' ( keindahan bahasa ) dalam Al-Qur'an.
Ø Ibn al Qayyim (
wafat 752 H) menyusun ilmu Aqsam al-Qur'an, suatu ilmu
yang membahas tentang sumpah – sumpah yang ada dalam Al-Qur'an.
Ø Najmuddin al-Thufy (
wafat 716 H) menyusun ilmu Hujaj al-Qur'an, suatu
ilmu yang membahas tentang bukti – bukti / dalil – dali ( argumentasi
– argumentasi ) yang dipergunakan al-Qur'an dalam menetapkan suatu hukum.
Ø Abu al-Hasan al-Mawardy,
menyusun ilmu Amtsal al-Qur'an suatu ilmu yang
membahas tentang perumpamaan – perumpamaan yang ada dalam Al-Qur'an.
Ø Badr
al-Din al-Zarkasyi ( wafat 794 H) menyusun kitab al-Burhan
fi `Num al-Quran (4 jilid ), diterbitkan oleh
Muhammad Abul Fadhl Ibrahim.[14]
Pada abad IX dan permulaan abad X H, makin banyak
karangan – karangan yang ditulis oleh ulama tentang ilmu – ilmu
AI-Qur'an dan pada masa ini perkembangan Ulumul Qur'an mencapai kesempumaan.
Diantaranya ulama
1) Jalaluddin Al-Bulqini (
wafat 824H ) menyusun. kitab Mawaqi'ul Ulum Mim Mawaqiin Nujum. Al-Bulqini
ini dipandang oleh AsSuyuti sebagai Ulama yang mempelopori penyusunan
kitab Ulumul Qur'an yang
lengkap, sebab didalamnya telah disusun sejumlah
50 macam ilmu Al-Qur'an.
2)
Muhammad bin sulaiman Al-Kafiyaji (wafat 879 H) menyusun kitab AI-Taisir Fi
Qawaidit Tafsir.
3)
As-suyuti (wafat 911 H)
menyusun kitab Al-Tahbir Fi Ulum alTafsir.
Penyusunan ini selesai pada tahun 872
H dan merupakan kitab tentang Ulumul Qur'an yang paling lengkap
karena memuat 102
macam ilmu – ilmu Al-Qur'an. Namun, imam AsSuyuti belum puas atas karya
ilmiahnya yang hebat itu. Kemudian
ia menyusun kitab Al-itqan Fi
Ulumul Qur'an ( 2 juz) yang membahas tentang 80 macam ilmu – ilmu Al-Qur'an secara sistematis dan padat isinya. Kitab AI-Itqam ini belum ada yang menandingi
mutunya dan kitab ini diakui sebagai kitab standar dalam
mata pelajaran Ulumul Qur'an. Setelah As-Suyuti wafat pada tahun 911 H.
Perkembangan ilmu – ilmu Al-Qur'an seolah – olah telah mencapai
puncaknya dan berhenti dengan berhentinya
kegiatan ulama dalam pengembangan ilmu – ilmu
Al-Qur'an dan keadaan semacam itu bejalan sejak wafatnya AsSuyuti sampai akhir Abad XIII H.[15]
Setelah memasuki abad XIV H
ini, maka bangkit kembali perhatiaan. Ulama
menyusun kitab – kitab yang membahas
Al-Qur'an dari segi dan macam Ilmu Al-Qur'an. Diantaranya mereka adalah
1)
Thahir Al-Jazariri menyusun. kitab AI-Tibyan
Fi Ulumul Quran yang selesai pada tahun 1335 H.
2)
Jamaludin Al-Qaim ( wafat 1332 H) mengarang kitab Mahasinut Takwil.
3)
Muhammad Abduh Adzim AI-Zarqani menyusun kitab Manahilul Irfan Fi
Ulumil Quran (2jilid).
4)
Muhammad Ali Salamah mengarang kitab Manhajul
Furqan Fi Ulumil
Quran.
5)
Thanthawi Jaurhari mengarang kitab Al- Jawahir Fi
Tafisir AlQuran dan kitab Al-Quran Wal Ulumul
Ashriyah.
6) Muhammad Shadiq Al-Rafi'I menyusun
kitab Ijazul Quran.
7) Mushafa
Al-Maragi menyusun risalah tentang " boleh menerjemahkan Al-Qur'an dan
risalah ini mendapatkan tanggapan dari pars ulama yang pada umumnya
menyetujui pendapat Musthafa Shabri seorang Ulama besar dari turki yang
mengarang kitab, dengan
judul " Risalah Tarjamatil Quran ".
8)
Sayyid Qutub mengarang kitab Al- Tashmil Fanni Fil Quran dan kitab Fi Dzilalil
Quran.
9)
Sayyid
Muhammad Rasyid Ridha mengarang kitab Tafsir Quranul Hakim. Kitab ini
selain Menafsirkan Al-Qur'an secara Ilmiah juga membahas Ulumul Quran.
10) Dr. Muhammad Abdullah Darraz,
seoarang Guru Besar al-Azhar University yang diperbantukan diperancis,
mengarang kitab AlNaba'AI-Adzim, nadzaratun jadidah Fil Quran.
11) Malik bin Nabiy
mengarang kitab, Al-Dzahiratul Qur'aniyah kitab ini membicarakan masalah wahyu dengan
pembahasan yang sangat berharga.
12) Dr.Shubi AL-Shalih, mengarang kitab
Mabahits Fi Ulmil Qur’an.
13) Muhammad
Al-Mubarak, Dekan Fakultas Syari'ah Universitas Syria mengarang kitab AI-Manhalul Khalid.[16]
C. Lahirnya Istilah
Ulumul Qur'an yang Mudawwan.
Mengenai kapan istilah Ulumul Qur'an yang Mudawwan atau yang
telah sistematis, ada pendapat para ulama diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Dr. Shubhi
Ash-Shalif dalam bukunya Mabaahits Fi 'Ulumil Qur'an mengatakan ,
istilah Ulumul Qur'an sudah ada mulai abad III H.
sebab, paling lambat pada akhir abad ke-III H itu sudah ada kitab yang berjudul Al-Hawi Fi'Ulumil Qur'an yang
ditulis imam Ibnu Marzubah. Yang
jelas, dalam buku itu sudah menggunakan istilah Ulumul Qur'an sehingga
sudah barang tentu telah lahir pula istilah Ulumul Qur'an tersebut.
b.
Syekh Abdul
'Adhim Az-Zarqani dalam kitabnya Manaahilul `irfan mengatakan,
bahwa Ulumul Qur'an itu sudah ada sejak abad ke-V
H. sebab, pada abad ke-V H itu. Sudah ada kitab yang berjudul Al-Burhan Fi
'Ulumil Qur'an yang terdiri dari 30 juz,
c.
Jumhur Ulama dan
para ahli sejarah Ulumul Qur'an berpendirian istilah Ulumul Qur'an yang Mudawwan itu pada abad ke-VII
H, Sebab, baru pada abad ke-VII H mulai ada
kitab yang memakai istilah Ulumul
Qur'an yaitu kitab Fununul Afnan Fi ‘Ulumil Qur'an dan kitab Al-Mujtaba
Fi ‘Ulumin Tata 'allaqu Bil Qur'an yang
ditulis oleh Abul Faraj Ibnul Jauzi ( wafat 597 H ).Dengan demikian istilah ulumul Qur'an itu tersiar luas
pada sejak awal abad ke
–VII H karena kitab – kitab tersebut sudah menyebar dan banyak yang dibaca.
d.
Prof. Dr. T.M. Hasbi
Ash-shidiqi dalam bukunya Syarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, menerangkan
bahwa menurut hasil penelitian sejarah, ternyata Imam
Al-Khafiji adalah orang yang pertama kali membukukan
Ulumul Qur'an. Karena setelah itu, Istilah
Ulumul Qur'an itu baru ada sejak abad ke-VII H. Sebab, pada abad itulah baru ada
buku Ulumul Qur'an yang ditulis dan dibukukan orang, sehingga barulah lahir istilah
Ulumul Qur'an itu.[17]
Adapun mengenai kapan mulai lahirnya
istilah Ulumul Qur'an, maka dijelaskan bahwa istilah Ulumul Qur'an itu sudah
ada. sejak abad ke III H, dengan adanya kitab Al-Hawwi Fi 'Ulumil Qur'an karya imam Ibnu Marzuban, yang diteruskan
pada abad ke-V H dengan adanya kitab Al-Burhan Fi 'ulimuil Qur'an karya Ali Al-Khufi. Kemudian dikembangkan pada
abad ke –VII H dengan adanya kitab Fununul Afnan Fi Tflumil
Qur'an tulisan Ibnu Jauzi dan
dilengkapi pada abad ke-VIII H oleh Syekh Badruddin
Az-Zarkasyi dengan karyanya AlBurhan Fi Tflumil Qur'an. Selanjutnya,
Ulumul Qur'an itu disempurnakan Imam As-Suyuti dalam kitab Al-Itqan
Fi 'Numil Qur'an pada abad ke-IX
H Dn abad ke-X H. [18]
Tetapi kalau masalahnya dalah kapan lahirnya istilah Ulumul
Qur'an yang Mudawwan ( Ulumul Qur'an yang sistematis, Ilmiah, dan integrative) maka,
hal itu sebetulnya baru ada
abad ke-VU H sesuai dengan pendapat jumhur Ulama, sebagaimana penjelasan diatas.
Sebab, istilah – istilah Ulumul Qur'an yang terdapat pada kitab-kitab pada
abad ke-III H dan Ke-V H itu barulah Ulumul Qur'an Idhafi yang masih
berdiri sendiri – sendiri , belum sistematis, belum ilmiah atau belum Mudawwan.[19]
Hal itu sesuai dengan pernyataan Imam Ash-suyuti dalam
Mukhadimah kitabnya Al-Itqan, bahwa Ulumul Qur'an itu dimulai ditangannya dan disempurnakan
jugs ditangannya. Dan, hal itu sesuai pula denagn penjelasan Abdul 'Adhim Az-Zarqani dalam kitab Manahilul Irfan, bahwa sepeninggalan
imam As-Suyuti tidak ada orang yang mengikuti jejaknya ( dalam menulis dan membukukan Ulumul Qur'an yang Mudawwan).
Sebagaimana sebelumnuya jugs belum pernah ada
orang yang memperhatikan Ulumul Qur'an sepenuh hati seperti dia seperti.[20]
D.
Perkembangan Ulumul Qur'an pada Zaman Modern.
Sebagaimana penjelasan di atas, bahwa setelah
wafatnya Imam As-Suyuti tahun 911 H maka terhentilah gerakan penulisan
Ulumul Qur'an dan pertumbuhannya
sampai abad ke-XIV. Sebab, pada abad ke-XVI H atau abad modern itu bangkit kembali kegiatan penulisan Ulumul Qur'an dan
perkembangan kitab- kitabnya. Hal itu ditengarai dengan banyaknya ularna yng
mengarang Ulumul Qur'an dan menulis kitab-kitabnya, baik
tafsir maupun macam – macam kitab
Ulumul Qur'an.
Diantaranya para ulama yang menulis Tafsir/ Ulumul Qur'an pada
abad modern ini sebagai berikut:
n Ad-Dahlawi: Al-Fauzul Kabir Fi Ushuld Tafsir
n Thahir Al-Jazairi: At-Tibyan fi Uumil Qur'an.
n Abu Daqiqah : Ulumul Qur'an.
n M.Ali Salamah : Minhaajul Furqan Fi Tgumil
Qur'an.
n Muhammad Bahits : Nuzulul Qur'an `ala Sabati Ahrufin[21].
Bab
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
a. Ulumul Qur'an pada
masa Nabi dan Sahabat
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya
sangat mengetahui makna-makna Al-Qur'an dan ilmu-ilmunya, sebagaimana
pengetahuan para ulama sesudahnya. Hal itu disebabkan karena Rasulullah yang
menerima wahyu dari sisi Allah SWT, juga mendapatkan rahmat-Nya yang berupa
jaminan dari Allah bahwa kalian pasti bisa mengumpulkan wahyu itu ke dalam dada
beliau.
Setiap Rasulullah selesai menerima
wahyu ayat Al-Qur'an, beliau menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya.
Rasulullah SAW menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Qur'an kepada mereka
dengan sabda, perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan
sifat beliau. Para sahabat dahulu tidak / belum membutuhkan pembukuan Ulumul
Qur'an itu adalah karena hal-hal sebagai berikut:
a) Mereka terdiri dari orang-orang Arab murni yang
mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain:
Ø Mempunyai daya hafalan yang kuat
Ø Mempunyai otak cerdas
Ø Mempunyai daya tangkap yang sangat
tajam
Ø Mempunyai kemampuan bahasa yang luas
terhadap segala macam bentuk ungkapan, baik prosa, puisi, maupun sajak.
b) Kebanyakan mereka terdiri dari orang-orang yang
Ummi, tetapi cerdas.
c) Ketika mereka mengalami kesulitan, langsung
bertanya kepada Rasulullah SAW.
d) Waktu dulu belum ada alat-alat tulis yang memadai.
b. Perintis Dasar
Ulumul Qur'an dan pembukuannya
a) Perintis Dasar
Ulumul Qur'an
Setelah periode pertama berlalu, datanglah masa
pemerintahan kahlifah Utsman bin Affan. Negara-negara Islam pun telah
berkembang luas. Orang-orang Arab murni telah bercampur baur dengan orang-orang
asing yang tidak kenal bahasa Arab. Percampuran bangsa dan akulturasi
kebudayaan ini menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran. Karena itu, Kholifah
Utsman bin Affan memerintahkan
Kaum muslimin agar seluruh ayat-ayat Al-Qur'an yang
telah dikumpulkan pada masa Kholifah Abu Bakar itu dikumpulkan lagi dalam satu
mushhaf, kemudian di kenal dengan nama Mushhaf Utsman. Dengan usahanya itu,
berarti Kholifah Utsman bin Affan telah meletakkan dasar pertama, yang kita
namakan Ilmu Rasmil Qur'an atau Rasmil Utsmani.
b) Pembukuan Tafsir
Al-Qur'an
Setelah dirintis dasar-dasar Ulumul Qur'an, kemudian
datanglah masa pembukuan / penulisan cabang-cabang Ulumul Qur'an. Cita-cita
yang pertama kali mereka laksanakan ialah pembukuan Tafsir Al-Qur'an. Sebab,
tafsir Al-Qur'an dianggap sebagai induk dari ilmu-ilmu Al-Qur'an yang lain.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Zarqani, Manhil
al-Irfan al-Qur’an
Jalal, Abdul, Ulumul Qur’an,
Surabaya: Dunia ilmu, 2009.
Nor Ichwan, mohammad, Study Ilmu –
Ilmu Al-Qur’an, Semarang: Rasail Media Group, 2008.
Syadali, Ahmad dan Ahmad Rafi’I, Buku
I Ulumul Qur’an, Bandung: CV Pustika Setia, 1997.
[1]
Ahmad Ayadili, dan Ahmad Rfi’I, Buku I ulumul Qur’an (Bandung: CV PUSTIKA
Setia, 1997), 23.
[2]
Al-Zarqani, Manahil al-Irfan fi Ulum al-Qur’an, 29.
[3]
Muammad Nor Ichwan, Study lmu – ilmu Al-Qur’an (Semarang: Rasail Media Group, 28), 6.
[4]
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dnia Ilmu, 2009), 29.
[5]
Ibid, 30.
[6]
Muammad Nor Ichwan, Study lmu – ilmu Al-Qur’an (Semarang: Rasail Media Group, 28),7.
[7]
Abdul Jalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dnia Ilmu, 2009),8.
[8]
Mmuhammad nur ichwan, study ilmu Al-Quran(Semarang:Rasail Media Grup 2008),8
[9]
Amad Syadali Berhan dan Ahmad Rafii,buku ! Ulumul Quran (Bandung:CV Pustika Setia,1997),25.
[10]
Abdul Jalal,Ulumul Quran(Surabaya:Dunia Ilmu 2008),32.
[11]
Amad Syadali Berhan dan Ahmad Rafii,buku ! Ulumul Quran (Bandung:CV Pustika Setia,1997),26
[12]
Muhammad Nor Ikhwan,Studi Ilmu-ilmu Al-Quran (Semarang:Rasail media
Grup,2008),9.
[13]
Ibid,10
[14]
Ibid,1
[15]
Ahmad Syadali dan Ahmad Rafii,Buku 1 Uumul Quran(Bandung :CV Pustika
Setia,1997),28-29.
[16]
Ibid,29-30
[17]
Abdul Jalal,Ulumul Quran(Surbaya:Dunia Ilmu,2009),39-40
[19]
Ibid,41
[20]
Ibid,41
[21]
Ibid,42
Comments
Post a Comment