QASHSHASHIL QUR’AN
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap umat beragama mempunyai kitab pegangan
masing-masing. Sama halnya dengan kita sebagai umat Islam yang mempunyai
pegangan yaitu Al-Qur’an. Al-Qur’an yang dijadikan sebagai pedoman, petunjuk
bagi manusia agar mereka terbimbing dengan petunjuk-Nya ke jalan yang benar.
Semua peristiwa yang terjadi di dunia ini semuanya
terdapat dalam Al-Qur’an. Dengan diungkapkan berbagai kisah yang dilalui oleh
umat-umat di zaman lampau serta akibat yang timbul dari perbuatan atau
keingkaran mereka. Maka kita yang hidup kemudian dapat mengambil pelajaran dari
peristiwa-peristiwa tersebut. Dan dapat mendidik umat tentang bagaimana cara
hidup sebagai khalifah yang diserahi amanah memakmurkan dan membangun kehidupan
yang layak bagi umat manusia di muka bumi ini sehingga dapat menghindarkan diri
dari perbuatan-perbuatan yang tercela dan melaksanakan hal-hal yang terpuji
agar apa yang dialami oleh umat yang lalu itu tidak terulang lagi di masa kini.
Dengan demikian eksistensi kisah dalam Al-Qur’an mempunyai kaitan yang sangat
erat dengan hajat hidup umat manusia di muka bumi ini.
Berangkat dari permasalahan itulah makalah ini mencoba
memberi sedikit penerangan tentang qochochil Al-Qur’an atau kisah-kisah dalam
Al-Qur’an.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari qashashil Al-Qur’an?
2.
Sebutkan macam-macam kisah dalam Al-Qur’an!
3.
Apa tujuan dari qashashil Al-Qur’an?
4.
Apa hubungan kisah dengan hajat hidup manusia?
5.
Apa kandungan dari qashahsil Qur’an?
6.
Apa faedah qashashil Qur’an?
7.
Apa hikmah pengulangan kisah?
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Qashshashil Qur’an
Secara bahasa artinya
mengikuti jejak.[1] Al-qashu: mengikuti jejak. Dikatakan: kisah
jejaknya, maksudnya mengikutinya (jejaknya). Kata qashash termasuk isim masdar.
Allah berfirman (lalu keduanya mengikuti kembali jejak mereka sendiri)
maksudnya: keduanya kembali mengikuti jejak yang datang dengannya, dan
dikatakan dari lisannya ibunya Musa (dan berkatalah ibu Musa kepada saudari
Musa: “ikutilah dia”) maksudnya: aku mengikuti jejaknya sehingga aku melihat
siapa yang mengambilnya. Dan kisah-kisah seperti itu: berita mengikuti. Allah
berfirman (sesungguhnya ini adalah cerita yang benar).[2]
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa
qashshashil Qur’an ialah kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan ihwal
umat-umat dahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang terjadi
pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.[3]
Jadi dapat dikatakan bahwa kisah-kisah yang dimuat dalam Al-Qur’an semuanya
cerita yang benar-benar terjadi, tidak ada cerita fiksi, hayal, apalagi
dongeng.[4]
1.
Ditinjau dari Segi Waktu
a.
Kisah hal-hal ghaib pada masa lalu (al-qashashul
ghuyubi al-madhiyah)
Yaitu kisah yang menceritakan kejadian-kejadian ghaib yang sudah tidak
bisa ditangkap panca indera yang terjadinya di masa lampau.
Contohnya seperti kisah-kisah Nabi Nuh, Nabi Musa dan kisah Maryam.
b.
Kisah hal-hal ghaib pada masa kini (al-qishashul ghuyub
al-hadhirah)
Yaitu kisah yang menerangkan hal-hal ghaib pada masa sekarang (meski
sudah ada sejak dulu dan masih akan tetap ada sampai masa yang akan datang) dan
menyingkap rahasia orang-orang munafik.
Contohnya seperti kisah yang menerangkan tentang Allah SWT dengan segala
sifat-sifat-Nya, para malaikat, jin, setan dan siksaan neraka, kenikmatan surga
dan sebagainya.
c.
Kisah halhal ghaib pada masa yang akan datang
(al-qashashul ghuyub al-mustaqbilah)
Yaitu kisah-kisah yang menceritakan peristiwa-peristiwa yang akan datang
yang belum terjadi pada waktu turunnya Al-Qur’an, kemudian peristiwa tersebut
betul-betul terjadi. Karena itu, pada masa sekarang ini berarti peristiwa yang
dikisahkan itu telah terjadi.
Contohnya seperti kemenangan bangsa Romawi atas Persia, yang diterangkan
ayat 1-4 surat Ar-Rum.
2.
Ditinjau dari Segi Materi
a.
Kisah tentang nabi dan Rasul dan yang berhubungan
dengan orang-orang mukmin dan kafir.
b.
Kisah orang-orang atau kelompok-kelompok yang
berhubungan dengan pelajaran dari Allah. Contohnya seperti kisah Luqmanul
Hakim, Qorun, Thalut, dll.
c.
Kisah peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian di
zaman Rosulullah SAW. Contohnya seperti kisah perang Badar, perang uhud, Isra’
Mi’raj Nabi Muhammad SAW. [6]
C.
Tujuan Qashashul Qur’an
Dalam garis besarnya tujuan pengungkapan kisah dalam Al-Qur’an ada dua
macam yaitu tujuan pokok (عَرْضٌ اَسَاسِىٌ) dan tujuan sekunder (عَرْضٌ
فِرْعِيٌّ).
Menurut
Al-Buthi, yang dimaksud dengan tujuan manusia yakni “merealisir tujuan umum
yang dibawa oleh Al-Qur’an kepada manusia”, yakni menyeru, menunjuki mereka ke
jalan yang benar agar mereka mendapat keselamatan di dunia dan akhirat,
sedangkan yang dimaksud dengan tujuan sekunder ialah:
1.
Untuk
menetapkan bahwa Nabi Muhammad benar-benar menerima wahyu dari Allah bukan
berasal dari orang-orang ahli kitab seperti Yahudi dan Nasrani.
2.
Untuk
pelajaran bagi umat manusia. Hal ini tampak dalam dua aspek, pertama
menjelaskan besarnya kekuasaan Allah dan kekuatannya, serta memperlihatkan
bermacam azab dan siksaan yang pernah ditimpakan kepada umat-umat yang telah
lalu akibat kesombongan, keangkuhan dan pembangkangan mereka terhadap yang
kebenaran.
Aspek kedua ialah
menggambarkan kepada kita bahwa misi agama yang dibawa oleh para nabi sejak
dulu sampai sekarang ialah sama, yakni mentauhidkan Allah, dan didaerah manapun
merejka bangkit, namun kaidah yang disampaikannya tidak berbeda satu sama lain
dan tidak pula berubah sedikitpun.
3.
Membuat
jiwa Rosul Allah tentram dan tegar dalam berdakwah
4.
Mengkritik
para ahli kitab terhadap keterangan-keterangan yang mereka sembunyikan tentang
kebenaran Nabi Muhammad dengan mengubah isi kitab mereka
Meskipun
hanya disebutkan empat poin tentang tujuan diungkapkannya kisah dalam
Al-Qur’an, namun cukup menjadi bukti bagi kita bahwa semua kisah dalam
Al-Qur’an bertujuan untuk mendukung tujuan agama secara umum, memberikan
bimbingan dan pendidikan kepada umat agar mereka tidak tersesat dalam menjalani
hidup dan kehidupan di muka bumi ini. [7]
D.
Hubungan Kisah dengan Hajat Hidup Manusia
Kisah dalam Al-Qur’an mempunyai multifungsi, selain
berisi pelajaran yang amat berharga, juga berfungsi mengokohkan akidah tauhid,
dan sekaligus menentramkan jiwa, bahkan dapat pula kisah itu berfungsi sebagai
penghibur jiwa dan pelipur lara, terutama bila berhadapan dengan tantangan yang
keras dari umat dan penolakan mereka. Peristiwa yang sangat mengecewakan serupa
itu tak usah menjadikan kita bersedih hati apalagi berputus asa sebab nabi-nabi
di masa silam juga menghadapi hal serupa, bahkan lebih sadis dan lebih brutal.
Jadi dengan adanya kisah para Nabi itu maka kita terasa terhibur, karena bila
dibandingkan dengan apa yang dihadapi para nabi di masa silam itu, maka yang
kita hadapi masih jauh lebih ringan. Dengan demikian jelaslah bahwa kisah-kisah
dalam Al-Qur’an betul-betul bertalian dengan kebutuhan hidup umat manusia di
dunia ini. Selain itu jika kisah yang dikarang oleh manusia lebih banyak
menunjukkan segi hiburan daripada pelajaran, maka akisah-kisah dalam Al-Qur’an
sebaliknya, yakni lebih mengutamakan pelajaran, pendidikan dan dakwah daripada
tujuan-tujuan lain.[8]
E.
Kandungan Qashashil Qur’an
Kisah-kisah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam rangka
mendidik umat tentang bagaimana cara hidup sebagai khalifah yang diserahi
amanah memakmurkan dan membangun kehidupan yang layak bagi umat manusia di muka
bumi ini. Dari itu kisah-kisah tersebut berisi materi antara lain: tauhid,
akhlak dan mua’amalah. Ketiga unsur ini sangat penting dalam kehidupan umat.
Contohnya tertera dalam ayat 85 dari surat Al-A’raf :
4n<Î)ur
útïôtB
öNèd%s{r& $Y7øyèä© 3 tA$s% ÉQöqs)»t (#rßç7ôã$# ©!$#
$tB Nà6s9 ô`ÏiB >m»s9Î) ¼çnçöxî ( ôs%
Nà6ø?uä!$y_ ×poYÉit/ `ÏiB
öNà6În/§ ( (#qèù÷rr'sù @øx6ø9$# c#uÏJø9$#ur wur
(#qÝ¡yö7s? }¨$¨Y9$#
öNèduä!$uô©r& wur
(#rßÅ¡øÿè? Îû ÇÚöF{$#
y÷èt/ $ygÅs»n=ô¹Î)
4 öNà6Ï9ºs ×öyz öNä3©9 bÎ) OçFZà2 úüÏZÏB÷sB ÇÑÎÈ
(الأعراف
: 85)
Dan (Kami
Telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka, Syu'aib. ia berkata:
"Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain
Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka
sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia
barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang demikian itu lebih baik bagimu
jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".
Jelas terlihat dalam kisah itu ketiga unsur tadi
(akidah, ibadah, muamalah). Selain itu juga terlihat unsur dakwahnya. Para nabi
senantiasa menyeru umat mereka ke jalan yang benar tanpa bosan dan tanpa gentar
sedikitpun terhadap berbagai ancaman atau sikaan yang menimpa mereka.[9]
F.
Faedah Qashashil Qur’an
- Menjelaskan prinsip dakwah kepada agama Allah dan keterangan pokok-pokok syariat yang dibawa oleh masing-masing Nabi/Rosul.
- Memantabkan hati Rosulullah dan umatnya serta memperkuat keyakinan kaum mukmin terhadap kemenangan yang benar dan kehancuran yang fatal.
- Memperlihatkan para Nabi dahulu dan kitab-kitab sucinya, serta mengabadikan nama baik dan jasa-jasanya.
- Untuk memperlihatkan kebenaran Rosulullah SAW
dari dalam dakwah dan pemberitaannya mengenai umat-umat terdahulu ataupun
keterangan beliau yang lain-lain.
- Mengoreksi
pendapat para ahli kitab yang suka menyembunyikan keterangan and
petunjuk-petunjuk kitab sucinya dan membantahnya dengan
argumentasi-argumentasi yang terdapat pada kitab-kitab sucinya sebelum
diubah dan diganti oleh mereka sendiri.
- Kisah-kisah itu merupakan salah satu dari
bentuk peradaban lebih meresapkan pendengaran dan memantabkan keyakinan
dalam jiwa para pendengarnya.[10]
- Menanamkan pendidikan akhlakul karimah dan mempraktikkannya, karena keterangan kisah-kisah yang baik itu dapat meresap dalam hati nurani dengan mudah dan baik, serta mendidik untuk meneladani yang baik dan menghindari yang jelek.[11]
G.
Hikmah Pengulangan Kisah
Hikmah diulangnya sebagian kisah Al-Qur’an itu sebagai berikut:
1.
Menjelaskan ketinggian mutu sastra balaghah Al-Qur’an
2.
Membuktikan ketinggian mukjizat Al-Qur’an
3.
Untuk lebih memperhatikan kepada pentingnya kisah-kisah
Al-Qur’an sehingga perlu disebutkan berulang-ulang sampai beberapa kali agar dapat
lebih meresap dalam jiwa
4.
Menunjukkan perbedaan tujuan dari tiap-tiap kali
pengulangan penyebutan kisah Al-Qur’an itu sehingga menunjukkan banyaknya
tujuan penyebutan kisah sebanyak pengulangannya[12]
KESIMPULAN
1.
Qashshashil secara bahasa adalah mengikuti jejak,
sedangkan secara istilah yaitu kisah-kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan
ihwal umat-umat dahulu dan nabi-nabi mereka serta peristiwa-peristiwa yang
terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang
2.
Macam-macam qashshasil Qur’an ditinjau dari segi waktu
yatu kisah hal-hal ghaib pada masa lalu (al-qashshashul ghuyubal madiyah),
kisah hal-hal gaib pada masa kini (al-qashshsashul ghuyub al-hadirah), dan
kisah hal-hal gaib masa yang akan datang (al-qashshashul ghuyub al-mustaqbilah)
sedangkan ditinjau dari segi materi yaitu kisah para nabi, mukjizat, pengikut
serta penentang mereka, kisah orang-orang yang belum tentu nabi dan kelompok
manusia-manusia tertentu, kisah peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian di
jaman Rosulullah.
3.
Tujuan qashshashil Qur’an, yaitu :
a.
Untuk menetapkan bahwa Muhammad benar-benar menerima
wahyu dari Allah bukan berasal dari orang-orang Yahudi atau Nasrani
b.
Untuk pelajaran bagi umat manusia
c.
Membuat jiwa Rosulullah tentram dan tenang dalam
berdakwah
d.
Mengkritik ahli-ahli kitab terhadap
keterangan-keterangan yang mereka sembunyikan tentang kebenaran Nabi Muhammad
dengan mengubah isi kitab mereka
4.
Hubungan kisah dalam hajat hidup manusia yaitu membuat
kita terhibur, kisah berisi pelajaran yang amat berharga, mengokohkan akidah
tauhid menentramkan jiwa maupun dapat dijadikan sebagai penghibur lara
5.
Kandungan qashshashil Qur’an yaitu berisi tauhid,
akhlak dan muamalah
6.
Faedah qashashil Qur’an: menjelaskan prinsip dakwah
agama Allah, memantapkan hati Rosulullah dan umatnya, memperlihatkan para nabi
dahulu dan kitab-kitab sucinya, untuk memperlihatkan kebenaran Rosulullah,
mengoreksi pendapat para ahli kitab, meresapkan pendengaran dan memantapkan
keyakinan dalam jiwa pendengarnya, menanamkan pendidikan ahlakul karimah.
7.
Hikmah pengulangan kisah: menjelaskan ketinggian mutu
sastra balaghah Al-Qur’an, membuktikan ketinggian mu’jizat Al-Qur’an, lebih
memperlihatkan pentingnya kisah-kisah Al-Qur’an, menunjukkan perbedaan tujuan
dari tiap-tiap kali pengulangan penyebutan kisah Al-Qur’an.
DAFTAR
PUSTAKA
Baidan,
Nasruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005.
Djalal Abdul. Ulumul Qur’an.
Surabaya: Dunia Ilmu. 1990.
Manaul Qatar. Fi ‘Ulumi Qur’an.
Huququl Bat’i Mahfudhoh.
Muhammad Sholeh. Ushul Fi
Tafsir. Ashraf Ala Tahqihi.
[1] Mahmud
Sholeh. Ushul fi tafsir. 50
[2] Manna al
Qatthan.Mabahits fi Ulumul Qur’an. 307
[3] Abdul
djalal. Ulumul Qur’an.(
Surabaya:Dunia Ilmu,1990) 294
[4] Nasruddin
Baidan,Wawasan Baru Ilmu Tafsir, (
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) 224
[5] Abdul
Djalal, Ulumul Qur’an, 296
[6] Mahmud
Sholeh. Ushul fi tafsir.50
[7]
Nasruddin Baidan, Wawasan Ilmu Tafsir. 230
[8] Ibid,
238
[9] Nasruddin
Baidan, Wawasan Ilmu Tafsir.240
[10] Manna
Al Qattan. Mabahits fi Ulumul Qur’an.
307
[11] Abdul
Djalal, Ulumul Qur’an, 303
[12] Ibid,
303
Comments
Post a Comment