KONSEP MPAI DALAM KONTEKS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendahuluan
Latar
Belakang
Sebagai
suatu umat yang dianugerahkan tuhan suatu kitab suci Al-Qur’an, yang lengkap
dengan segala petunjuk yang meliputi seluruh aspek kehidupan dan bersifat
universal, sudah barang tentu dasar pendidikan mereka adalah bersumber kepada
filsafat hidup yang berdasarkan kepada Al-Qur’an.
Nabi
Muhammad SAW sebagai pendidik pertama, pada masa awal pertumbuhan islam telah
menjadikan Al-Qur’an sebagai dasar pendidikan islam dismping sunnah beliau
sendiri.
Kedudukan
Al-Qur’an sebagai sumber pokok pendidikan islam dapat di pahami dari ayat-ayat
Al-Qur’an itu sendiri.
Rumusan Masalah
1.
Apa itu Al-Tarbiyah
bi al-Hiwar al-Qur’ani wa al-Nabawi
2.
Apa itu Al-Tarbiyah
bi al-Qashas al-Qur’ani wa al-Nabawi
Pembahasan
1. Al-Tarbiyah
bi al-Hiwar al-Qur’ani wa al-Nabawi
Hiwar (dialog) merupakan percakapan silih berganti
antara dua belah pihak atau lebih melalui Tanya jawab mengenai suatu Tanya
jawab mengenai suatu topic mengarah kepada suatu tujuan. Hiwar mempunyai dampak
yang sangat dalam terhadap jiwa pendengar atau pembaca yang mengikuti topic
percakapan secara seksama dan penuh perhatian. Hal ini di sebabkan oleh
beberapa hal:
v Permasalahanya disajikan secara dinamis, karena kedua
belah pihak langsung terlibat dalam pembicaraanya secara timbal balik, sehingga
tidak membosankan.
v Pendengar tetarik untuk terus mengikuti jalanya
percakapan itu dengan maksud dapat mengetahui kesimpulanya.
v dapat membangkitkan perasaan dan menimbulkan kesan
dalam jiwa, yang membantu mengarahkan seseorang menemukan sendiri kesimpulanya.
v Bila hiwar dilakukan dengan baik, memenuhi akhlak
tuntunan islam, maka cara berdialog, sikap orang yang terlibat, itu akan
mempengaruhi peserta sehingga pengaruh berupa pendidikan akhlak, sikap dalam
berbicara, menghargai pendapat orang lain dst.
menurut
Al-Nahlawi, dalam Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW, terdapat berbagai jenis hiwar,
separti:
1.
hiwar khitabi
atau ta’abbudi
2.
hiwar hashfi
3.
hiwar qiashashi
4.
hiwar jadali,
dan
5.
hiwar nabawi.[1]
Dalam metode ini
salah satunya adalah Tanya jawab
1. Pengertian
Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab ialah penyampaian
pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab atau
sebaliknya peserta didik di beri kempatan bertanya dan pendidik menjawab
pertanyaan.[2] Atau
suatu metode dalam pendidikan dimana guru bertanya dan murid menjawab tentang
materi yang ingin diperolehnya.
Pengertian
lain dari metode Tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk
pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari gurukepada murid atau dapat juga
dari murid kepada guru.
Firman Allah yang berkaitan
dengan metode ceramah adalah :
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% wÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqR öNÍkös9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù @÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. w tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ
“
Bertanyalah kalian kepada ahlinya jika kalian tidak mengetahui ”.[3]
Dalam ajaran Islam, orang yang berilmu
apabila ditanya tentang ilmu pengetahuan ia wajib menjawab sebatas
kemampuannya, bila tidak maka Allah mengancamnya dengan siksa yang amat pedih. Sebagaimana sabda Nabi. Saw
“ Barang siapa yang
ditanya tenyang ilmu, lalu ia menyembunyikannya, maka Allah akan mengekangnya
dengan kekangan dari api neraka “.
Metode
Tanya jawab berbeda dengan evaluasi. Metode Tanya jawab merupakan salah satu teknik penyampaian materi, sedangkan
evaluasi adalah alat ukur untuk mengukur hasil belajar siswa
2. Kelebihan
dan Kekurangan Metode Tanya Jawab
Metode Tanya Jawab memiliki kelebihan
dan kekurangan antara lain :
a. Kelebihan
1. Situasi
kelas akan hidup karena anak-anak aktif berfikir dan menyampaikan buah
fikirannya dengan berbicara atau menjawab pertanyaan.
2. Melatih
anak agar berani mengungkapkan pendapatnya dengan lisan secara teratur.
3. Timbulnya
perbedaan pendapat di antara anak didik akan menghangatkan proses diskusi di
kelas.
4. Mendorong
murid lebih aktif dan besungguh-sungguh, dalam arti murid biasanya segan
mencurahkan perhatian maka maka dengan diskusi ia akan lebih berhati-hati dan
aktif megikuti pelajaran.
5. Walau
agak lambat, guru dapat mengontrol pemahaman atau pengrtian murid pada masalah
yang dibicarakan.
6. Pertanyaan
dapat memusatkan perhatian siswa sekalipun ketika itu siswa sedang ribut, dll.
Jadi metode Tanya jawab bisa digunakan dalam berbagai kondisi khususnya dalam
situasi dimana konsentrasi murid melemah.
7. Merangsang
siswa untuk melatih dan mengembangkan daya fikir, termasuk daya ingatan.
8. Mengembangkan
keberanian dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapatnya.[4]
b. Kekurangan
1. Apabila
tejadi perbedaan pendapat dalam diskusi, bisa memakan waktu yang lama untuk
menyelesaikannya.
2. Kemungkinan
akan terjadi penyimpangan perhatian anak didik, terurama apabila mendapat
jawaban yang menarik perhatiannya.
3. Tidak
dapat secara tepat merangkum bahan-bahan pelajaran.
4. Siswa
merasa takut apabila guru kurang mampu mendorong siswanya untuk berani
menciptakan suasana yang santai dan bersahabat.
5. Tidak
mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir siswa.
6. Waktu
sering terbuang, terutama apabila siswa tidak dapat menjawab pertanyaan sampai
dua atau tiga orang
7. Dalam
jumlah siswa yang banyak tidak mungkin melontarkan pertanyaan kepada setiap
siswa.[5]
3. Syarat-syarat
Penggunaan Metode Tanya Jawab
a. Pertanyaan
hendaknya dapat membangkitkan minat dan mendorong inisiatif anak didik sehingga
mereka dapat terangsang untuk bekerja sama.
b. Perumusan
pertanyaan harus jelas dan terbatas serta harus ada jawaban.
c. Pemakaian
metode Tanya jawab adalah untuk materi yang sudah disampaikan.
d. Pertanyaan
hendaknya diajukan kepada seluruh siswa di kelas.
4. Langkah-langkah
Penggunaan Metode Tanya Jawab
a. Menentukan
tujuan yang akan dicapai.
b. Merumuskan
pertanyaan yang akan diajukan.
c. Pertanyaan
diajukan kepada siswa secara keseluruhan. Sebelum menunjuk salah satu siswa
untuk menjawab.
d. Membuat
ringkasan hasil Tanya jawab, sehingga diperoleh pengetahuan secara sistematis.[6]
2. Al-Tarbiyah
bi al-Qashas al-Qur’ani wa al-Nabawi
Dalam pendidkan
islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk
penyampaian lain selain bahasa. Hal ini
disebabkan kisah qurani dan nabawi memiliki beberapa keistimewaan yang
membuatnya mempunyai dampak psikologis dan edukatif yang sempurna, rapih dan
jauh jangkauanya seiring dengan perjalanan zaman. Disamping itu kisah edukatif itu melahirkan kehangatan
perasaan dan vitalitas serta aktivitas di dalam jiwa, yang selanjutnya
memotivasi manusia untuk mengubah perilakunya dan memperbarui tekadnya sesuai
dengan tuntutan, pengarahan dan akhir kisah itu, serta pengambilan pelajaran
darinya.
Berbagai
keistimewaan qisah Qurani dan Nabawi adalah sebagai berikut :
Kisah yang memikat dan menarik perhatian pembaca,
tanpa memakan waktu lama. Kisah seperti ini mengundang si pembaca untuk
mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya, serta terkesan oleh watak
pribadi pelaku kisah itu.
Kisah quranai mendidik perasaan keimanan dengan cara ;
a.
Membangkitkan
berbagai perasaan seperti khauf, rida dan cinta.
b.
Mengarahkan
seluruh perasaan sehingga bertumpuk pada suatu puncak, yaitu kesimpulan kisah.
c.
Melibatkan
pembaca atau pendengar ke dalam kisah itu sehingga ia terlibat secara emosional.
Tujuan kisah qurani adalah sebagai berikut :
Ø Mengungkapkan kemantapan wahyu dan risalah. Mewujudkan
rasa mantap dalam menerima Qur’an dan keutusan rasul-Nya. Kisah itu menjadi
bukti kebenaran wahyu dan kebenaran rasul SAW.
Ø Menjelaskan bahwa secara keseluruhan, Al-Din itu
datangnya dari Allah.
Ø Menjelaskan bahwa Allah menolong dan mencintai
Rasul-Nya, menjelaskan bahwa kaum mukmin adalah umat yang satu dan Allah adalah
Rabb mereka.
Ø Kisah-kisah itu bertujuan menguatkan keimanan kaum
muslimin, menghibur mereka dari kesedihan atas musibah yang menimpa.
Ø Mengingatkan bahwa musuh orange mukmin adalah syetan,
menunjukkan permusuhan abadi itu lewat kisah akan tampak lebih hidup dan jelas.
[7]
Sebuah ayat yang mengandung
nilai paedagogis dalam sejarah digambarkan tuhan sebagai berikut :
ß`øtwU Èà)tR y7øn=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$# !$yJÎ/ !$uZøym÷rr& y7øs9Î) #x»yd tb#uäöà)ø9$# bÎ)ur |MYà2 `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 úüÎ=Ïÿ»tóø9$# ÇÌÈ
“Kami
meceritakan kepadamu kisah yang aling baik degan mewahyukan Al-Qur’an ini
kepadamu. Dan sesungguhnya kamu sebelum ( aku mewahyukan ) adalah termasuk
orang-orang yang lalai.“[8]
Ayat diatas diperkuat oleh ayat lain yang
berbunyi :
ôs)s9 c%x. Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouö9Ïã Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZVÏtn 2utIøÿã `Å6»s9ur t,ÏóÁs? Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷yt @ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« Yèdur ZpuH÷quur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sã ÇÊÊÊÈ
“Sesungguhnya
di dalam kisah – kisah mereka terdapat ibarat bagi orang – orang yang berakal.“[9]
Misalnya
pada permulaan kisah Yusuf as, kepada pembaca disjikan mimpi Yusuf aas disertai
dengan janji Allah SWT, melalui lisan bapaknya, Ya’qub as, akan masa depanya
yang cerah dan nikmat – nikmat Allah yang akan disempurnaka-Nya kepada
keluaraga yang miskin namun tetap mengajak ke jalan Allah SWT.
Berbagai
musibah dan kesusahan betubi-tubi menimpa tokoh ini , Yusuf as, maka pembaca
terpikat dan mencurahkan perhatiaanya untuk menanti terwujudnya janji Allah SWT
dan berakhirnya segala musibah dan penderitaan ini dengan penuh aimo.
Pada
bagian kisah selanjutnya ditampilkan saudara-saudara Yusuf as sebagai gambaran
orang – orang yang didorong oleh bisikan-bisikan kecmburuan,hasud, dengki,
bersekongkol untuk berbuat jahat, didorong hasrat untuk mengikuti jejak-jejak
dosa, karena mereka lemah tak berdaya dan tidak mampu mengatasi gejolak rasa
cemburu tersebut.
Kemudian
tampil pula Ya’qub as sebagai figure orang tua yang mencintai putranya,
dirundung kesedihan karena kehilangan putranya yang sebenarnya adalah seorang
nabi yang sabar dan tabah.[10]
Kisah lain seperti bagaimana kaum Tsamud mengalami
kehancuran akibat dari perbuatan durhaka terhadap khalifahnya dan bagaimana
kaum Nabi Nuh yang membangkang terhadap ajakan untuk beriman kepada Tuhan Yang
Maha Esa, termasuk terhadap anaknya sendiri, dikarenakan siksaan oleh Allah,
dan lain-lain dan itu adalah suatu metoda pengungkapan sejarah hidup orang/umat
dikemudian hari untuk di contoh atau ditiru.[11]
Dari
contoh diatas dapat dipahami, bahwa metode kisah di dunia pendidikan dikenal
ada dua macam : yaitu kisah qur’ani dan kisah nabawi. Namun walupun secara
subtansial keabsahan keduanya tidak diragukan. Akan tetapai bukan berarti ia
lepas dari kelemahan, karena yang menyampaikan ajaran tersebut dengan metode
kisah adalah manusianbiasa yang tidak bisa luput dari sala, oleh karena itu
kita bisa melihatnya dari dua sudut; yaitu kelbihan dan kekurangannya.[12]
Penutup
Kesimpulan
a.
Hiwar (dialog)
merupakan percakapan silih berganti antara dua belah pihak atau lebih melalui
Tanya jawab mengenai suatu Tanya jawab mengenai suatu topic mengarah kepada
suatu tujuan.
b.
dalam Al-Qur’an
dan sunnah Nabi SAW, terdapat berbagai jenis hiwar, separti:
1. hiwar khitabi atau ta’abbudi
2. hiwar hashfi
3. hiwar qiashashi
4. hiwar jadali, dan
5. hiwar nabawi.
c.
Metode Tanya Jawab
ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid
menjawab atau sebaliknya peserta didik di beri kempatan bertanya dan pendidik
menjawab pertanyaan
d.
Dalam pendidkan
islam, kisah mempunyai fungsi edukatif yang tidak dapat diganti dengan bentuk
penyampaian lain selain bahasa.
e.
Kisah yang
memikat dan menarik perhatian pembaca, tanpa memakan waktu lama. Kisah seperti
ini mengundang si pembaca untuk mengikuti peristiwanya, merenungkan maknanya,
serta terkesan oleh watak pribadi pelaku
kisah itu.
Daftar Pustaka
Arief
Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, Ciputat Pers,
Jakarta, 2002
Hj.Uhbiyati Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Pustaka Mulia,
Bandung, 1997
Ramayulis
Prof Dr, Metodologi Pendidikan Agama
Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2005
Usman
M. Basyiruddin, Metodologi Pembelajaran
Agama Islam, Ciputat Press, Jakarta, 2005
[2] M.
Basyiruddin Usman , Metodologi
Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarta:Ciputat Press.2005 ),hal 43
[4] Armai
Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers.2002 ) hal 142-143
[5] M.
Basyiruddin Usman , Metodologi
Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarta:Ciputat Press.2005 ),hal 44
[6] Armai
Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat Pers.2002 ) hal 143-144
[8] Q.S
Yusuf Ayat : 3
[9] Q.S Yusuf Ayat : 111
[10] Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (
Jakarta:Kalam Mulia.2005 ),hal 289
[12] Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan
Islam, (Jakarta : Ciputat Press.2002
) hal 162
Comments
Post a Comment