KONSEP EVALUASI dalam KONTEK PROSES PENDIDIKAN ISLAM
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Dalam
pendidikan terjadi proses belajar mengajar yang sistematis, yang terdiri dari
banyak komponen. Masing-masing komponen pengajaran tidak bersifat terpisah
atau berjalan sendiri-sendiri, tetapi harus berjalan secara teratur, saling
bergantung dan berkesinambungan.
Proses
belajar mengajar pada dasarnya adalah interaksi yang terjadi antara guru dan
siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai pengarah dan pembimbing,
sedang siswa sebagai orang yang mengalami dan terlibat aktif untuk memperoleh
perubahan yang terjadi pada diri siswa setelah mengikuti proses belajar
mengajar, maka guru bertugas melakukan suatu kegiatan yaitu penilaian atau evaluasi
atas ketercapaian siswa dalam belajar.
Selain
memiliki kemampuan untuk menyusun bahan pelajaran dan keterampilan menyajikan
bahan untuk mengkondisikan keaktifan belajar siswa, guru diharuskan memiliki
kemampuan mengevaluasi ketercapaian belajar siswa, karena evaluasi merupakan
salah satu komponen penting dari kegiatan belajar mengajar.
2.
Rumusan Masalah
1. Pengertian Evaluasi dalam Pendidikan
Islam
2.
Sistem Evaluasi yang Diterapkan Allah
3.
Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
4.
Cara pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Islam
5.
Jenis-jenis Evaluasi Pendidikan Islam
PEMBAHASAN
1. Pengertian Evaluasi dalam Pendidikan
Islam
Secara etimologi evaluasi berasal dari
bahasa Inggris : Evaluation akar katanyaValue yang
berarti menilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-Qimahatau al-Taqdir.
Dengan demikian secara harfiah , evaluasi pendidikan al-Tagdir
al-tarbawiy dapat diartikan sebagai penilaian dalam (bidang)
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan.[1]
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan
cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar
perhitungan yang bersifat komperehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan
mental-psikologis dan spiritual-religius, karena manusia bukan saja sosok
pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan
berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan masyarakatnya.[2]
Sasaran evaluasi pendidikan Islam secara
garis besar meliputi empat kemampuan dasar anak didik, yaitu:
1.
Sikap dan pengamalan pribadinya, hubungan dengan
Tuhan.
2.
Sikap dan pengamalan dirinya, hubungannya dengan
masyarakat
3.
Sikap dan pengamalan hidupnya, hubungan dengan alam
sekitar
4.
Sikap dan pandangannya terhadap dirinya sendiri selaku
hamba Allah dan selaku anggota masyarakatnya, serta selaku khalifah dimuka
bumi.
2. Sistem Evaluasi yang Diterapkan Allah
Al-Qur’an menginspirasikan bahwa pekerjaan
evaluasi terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam
rangkaian proses pendidikan yang telah dilaksanakan oleh pendidik. Ada tiga
tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan Manusia,[3]
yaitu sebagai berikut:
1.
Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap
berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya.
2.
Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil
pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah saw terhadap umatnya.
3.
Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat
hidup keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling
mulia disisi Allah yaitu paling bertakwa kepadaNya, manusia yang sedang dalam
iman dan ketakwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.
4.
Evaluasi untuk mengoreksi balasan amal perbuatan
manusia sebagaimana yang tersirat dalam ayat yang artinya:[4]
‘’barang siapa yang mengerjakan kebaikan
sebesar atompun, niscaya akan melihat (balasan) nya, dan barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar atompun niscaya akan melihat (balasan) nya. (QS. Al-Zalzalah:7-8)
a.
Untuk mengetahui daya kemampuan manusia beriman
terhadap berbagai macam problem kehidupan yang dialami. Sebagai contoh sistem
evaluasi Tuhan terhadap manusia yang menghadapi berbagai kesulitan hidup,
adalah firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 155 yang artinya:
‘’Dan sungguh
akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar’’. (QS. Al-Baqarah:155)
Sasaran evaluasi dengan teknik testing
tersebut adalah ketahanan mental beriman dan bertakwa kepada Allah. Jika mereka
ternyata tahan terhadap uji coba (tes) Tuhan, mereka akan mendapatkan
kegembiraan dalam segala bentuk, terutama kegembiraan yang bersifat
mental-rohaniah. Seperti kelapangan dada, ketegaran hati, terhindar dari putus
asa, kesehatan jiwa, dan kegembiraan yang paling tinggi nilainya ialah
mendapatkan tiket masuk surga.
b.
Sistem evaluasi untuk mengetahui apakah bersyukur
ataupun kufur terhadap Tuhan, sebagaimana firmanNya:
‘’....ia pun berkata (orang yang berilmu
dari al-Kitab): ia termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku
bersyukur atau mengungkari (akan nikmatNya). Dan barang siapa bersyukur maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa
yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia’’. (QS An-Naml:40)
c.
Untuk mengetahui sejauh mana atau smapai dimana hasil
pendidikan wahyu yang telah diaplikasikan oleh Rasulullah SAW kepada umatnya.
Contohnya Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran burung hud-hud yang
memberitahukan tentang adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang wanita
cantik, yang dikisahkan dalam al-Qur’an sebagai berikut:
‘’ Berkata Sulaiman: ‘’Akan kami lihat
(evaluasi) apakah kamu benar ataukah kamu termsuk orang-orang berdusta.’’ (QS an-Naml:27)
d.
Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup
keislaman atau keimanan seseorang. Sebagai contoh ujian (tes) yang berat kepada
Nabi Ibrahim, Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya Ismail yang
amat dicintai. Tujuannya untuk mengetahui kadar keimanan dan ketakwaan serta
ketaatannya kepada Allah.
‘’ Tatkala keduanya telah berserah diri
dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran
keduanya)...sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata; Dan Kami tebus
anak itu dengan seekor sesembelihan yang besar’’. (QS Ash-Shaffat: 103, 106 dan 107)
e.
Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari
pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi
Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah kepadanya dihadapan para Malaikat
(QS al-Baqarah:31)
Tuhan memberikan contoh sistem evaluasi
seperti difirmankan dalam kitab suciNya, yang kitab sasarannya adalah untuk mengetahui
dan menilai sejauh mana kadar iman, takwa, dan ketahanan mental dan keteguhan
hati serta kesediaan menerima ajakan Tuhan untuk menaati perintah dan menjauhi
laranganNya. Kemudian setelah dinilai Tuhan menetapkan kriteria-kriteria
derajat kemuliaan hambaNya. Bagi yang berderajat mulia di sisiNya, Dia akan
memberi ‘’hadiah’’ atau pahala sesuai kehendakNya yang berpuncak pada pahala
tertinggi, yaitu surga. Dan yang berderajat rendah karena ingkar terhadap
ajakan-Nya maka Dia akan memberi balasan siksa, dan siksa tertinggi ialah api
neraka.
Dengan demikian, pekerjaan evaluasi Tuhan
pada hakikatnya bersifat mendidik agar sadar terhadap fungsinya selaku
hamba-Nya, yaitu menghambakan diri hanya kepadaNya.[5]
3. Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Sebagai salah
satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan Islam, evaluasi berfungsi
sebagai berikut:
1)
Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas cara belajar dan mengajar yang
telah dilakukan benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan dengan sikap
pendidik/ guru maupun anak didik/murid.
2)
Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan
apakah bahan pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.
3)
Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan
dan kemajuan yang diperoleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum pendidikan Islam.
4)
Sebagai bahan laporan bagi orang tua murid tentang hasil belajar siswa.
Laporan ini dapat berbentuk buku raport, piagam, sertifikat, ijazah dll.
5)
Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan
pembelajaran yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan pendidikan.[6]
4. Cara pelaksanaan Evaluasi Pendidikan Islam
Evaluasi
pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu evaluasi terhadap diri sendiri
(self-evaluation) dan terhadap kegiatan orang lain (peserta didik).[7]
1.
Evaluasi terhadap diri sendiri
Seorang muslim, termasuk peserta didik,
yang sadar dan baik adalah mereka yang sering melakukan evaluasi diri dengan
cara Muhasabah dengan menghitung baik buruknya dan inventarisasi diri
(self-inventory), baik mengenai kelebihan yang harus dipertahankan maupun
kekurangan dan kelemahan yang perlu dibenahi. Evaluasi terhadap diri sendiri
yang sesungguhnya akan mampu menggambarkan keadaan yang sesungguhnya, karena
yang mengetahui perilaku individu adalah individu itu sendiri.
2.
Evaluasi Kegiatan Orang Lain
Evaluasi terhadap perilakuy orang lain
harus disertai dengan amar ma’ruf nahi munkar (mengajar yang baik atau mencegah
yang munkar). Tujuannya adalah memperbaiki tindakan orang lain, bukan untuk
mencari aib atau kelemahan seseorang. Dengan niatan ini maka evaluasi
pendidikan Islam dapat terlaksana.
5. Jenis-jenis Evaluasi Pendidikan Islam
Macam-macam
jenis evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar pendidikan agama di
sekolah dapat dibedakan ke dalam:[8]
a)
Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan satu
pokok bahasan. Dengan demikian evaluasi hasil belajar jangkan pendek. Dalam
pelaksanaannya di sekolah evaluasi formatif ini merupakan ulangan harian.
b)
Evaluasi Sumative
Evaluasi Sumative yaiyu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan
bebrapa pokok bahsan. Dengan demikian evaluasi sumative adlah evaluasi hasil
belajar jangka panjang. Dalam pelaksanaannya di sekolah, kalau evaluasi
formative dapat disamakan dengan ulangan harian, maka evaluasi sumative dapat
disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur
wulan atau akhir semester.
c)
Evaluasi Placement
Jika cukup banyak calon siswa yang diterima di suatu sekolah sehingga
diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian diperlukan pertimbangan
khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan di satu kelas ataukah semua kelas
akan diisi dengan campuran anak baik, sedanmg dan kurang, maka deperlukan
adanya informasi. Informasi yang demikian dapat diperoleh dengan cara evaluasi
placement. Tes ini dilaksanakan pada awal tahun pelajaran untuk mengetahui
tingkat pengetahuan siswa berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.[9]
d)
Evaluasi Diagnostic
Evaluasi Diagnostic ialah suatu evaluasi yang
berfungsi untuk mengenal latar belakang kehidupan (psikologi, phisik dan
milliau) murid yang mengalami kesulitan belajar yang hasilnya dapat digunakann
sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.
KESIMPULAN
1. Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan
cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar
perhitungan yang bersifat komperehensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan
mental-psikologis dan spiritual-religius, karena manusia bukan saja sosok
pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga berilmu dan
berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada Tuhan dan
masyarakatnya.
2. Tujuan
sistem pendidikan Islam:
a.
Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap
berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya.
b.
Untuk mengetahui sampai dimana atau sejauh mana hasil
pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah saw terhadap umatnya.
c.
Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat
hidup keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling
mulia disisi Allah yaitu paling bertakwa kepadaNya, manusia yang sedang dalam
iman dan ketakwaannya,manusia yang ingkar kepada ajaran Islam.
d.
Evaluasi untuk mengoreksi balasan amal perbuatan
manusia
3.
Fungsi evaluasi pendidikan Islam adalah: Sebagai salah satu komponen penting dalam
pelaksanaan pendidikan Islam, evaluasi berfungsi sebagai berikut: Untuk
mengetahui sejauh mana efektifitas cara belajar dan mengajar yang telah
dilakukan benar-benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan dengan sikap
pendidik/ guru maupun anak didik/murid.
4.
Evaluasi pendidikan Islam dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu evaluasi terhadap diri sendiri (self-evaluation) dan terhadap
kegiatan orang lain (peserta didik).
5. Macam-macam jenis evaluasi hasil belajar dalam
proses belajar mengajar pendidikan agama di sekolah dapat dibedakan ke dalam:
evaluasi formatif, sumatif, placemen, diagnotic.
DAFTAR PUSTAKA
Armei, Arief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Pers), 2002
Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: PT Bumi Aksara), 2008
Basyri,
Hasan dan Beni, Ahmad Saebani, Ilmu
Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010
Mujib,
Abdul, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), 2008
Zuhairini
dkk,” Metodologi Penelitian Agama”, (Solo: Ramadhani), 1993
[2] H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan
Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal. 162
[3] Ibid, hal. 163
[4] Arief, Armei, Pengantar Ilmu dan
Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), hal. 54-55
[5] H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan
Islam, hal. 165
[6] Arief, Armai, Pengantar, hal. 58.
[7] Abdul, Mujib, Ilmu Pendidikan Islam,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 215-216
[8] Zuhairini dkk,” Metodologi Penelitian Agama”, (Solo: Ramadhani,
1993), hal. 151
[9] Hasan, Basyri dan Beni, Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hal. 210
Comments
Post a Comment